Penulis: Khairul Akmal
Mahasiswa di Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Rasisme adalah sebuah kata yang seolah-seolah tidak bisa lepas dari kehidupan sosial. Sebuah doktrin sosial yang menyatakan suatu perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia. Perbedaan warna kulit, perbedaan suku dan agama seakan membuat sekat-sekat antara kita untuk menjalin suatu kehidupan bersosial.
Sejarah pernah mencatat sudah pernah terjalankan suatu bentuk politik pemisahan suatu ras antara kulit putih dengan kulit hitam di Negara Afrika Selatan yang diberi nama Politik Apartheid yang merupakan suatu bukti nyata suatu Negara telah sampai pada titik klimaks dari suatu politik rasisme.
Rasisme sendiri bukanlah suatu barang baru, melainkan barang lama yang mulai terangkat kembali setelah kejadian yang terjadi belakangan ini di Negara yang berjuluk Paman Sam, Amerika Serikat. Nihilnya, rasisme ini juga terjadi di Negara kita yang kaya akan keberagaman suku, budaya, dan agama. Tanah Papua yang merupakan surganya Indonesia dengan limpahan hasil alamnya, tanah dengan berjuta hasil kearifan lokalnya tidak lepas dengan yang namanya rasisme.
Rasisme itu sendiri dalam pandangan kesehatan dapat mempengaruhi sifat, mental serta kepribadian seseorang. Pengaruh rasisme yang terjadi di Indonesia sejatinya juga dipengaruhi oleh sifat egois serta sikap meremehkan pihak lain yang dianggap lebih rendah kedudukannya.
Orang Papua sering dicaci di serang oleh mereka yang menyebut dirinya manusia dengan isu Rasisme, menganggap mereka orang Papua itu seperti binatang yang ada di Indonesia itu sendiri.
Tak hanya itu tapi banyak juga yang mengandung isu Suku, Agama, dan Ras. Maka kita perlu menyadari beberapa kerusuhan yang terjadi yang melibatkan orang Papua itu terjadi karena apa? Karena mereka pasti merasa tidak nyaman di perlakukan rasis di Negara sendiri.
Lontaran kata-kata yang sering tertuju pada mereka iyalah kata-kata yang tidak layak yang tidak mungkin keluar dari suatu gerakan refleks semata. Kata-kata yang pastinya keluar dari kesadaran diri seseorang. Kata-kata yang menyebut orang papua dengan sebutan monyet. Akan tetapi kita harus melihat selain kekayaan alam yang berlimpah dibumi papua kita juga harus melihat bagaimana kedaulatan hidup masyarakat papua seperti pendidikannya, dan kehidupannya. Ini harus menjadi suatu catatan buku hitam yang harus di lihat oleh pemerintah kita agar tanah yang kaya tanah yang subur tanah yang makmur tidak lagi dijajah sumber daya alamnya, karena seperti yang kita lihat saat ini tanah Papua sebagian besar sudang banyak yang dikuasai bukan dari rakyatnya sendiri melainkan dari rakyat asing.
Indonesia memiliki semboyan bhineka tunggal ika yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan ini seakan mati di NKRI yang kita cintai ini. Setelah melihat mirisnya peristiwa politik rasisme yang terjadi di papua padahal bukankah Indonesia ini terbentuk dari keberagaman Suku, Agama, dan Ras? Tidak luput pula papua ambil andil didalamnya. Kata-kata Rasisme santer kita dengar terlontarkan kapan saja dan dimana saja yang juga tak luput dari rasisme terhadap orang Papua.
Banyak kejadian yang terjadi yang dialami oleh masyarakat Papua dibeberapa daerah di negerinya sendiri ini. Salah satunya peristiwa pengepungan asrama Papua di Surabaya pada tanggal 16-17 Agustus 2019. Yang harus sama-sama kita pahami bersama bahwa ini termasuk pukulan batin bagi masyarakat Papua itu sendiri. Lontaran-lontaran ujaran rasisme tersebut bisa menjadi pukulan psikologis langsung terhadap orang Papua itu sendiri.
Bisa saja hal ini menjadi sebuah motivasi besar oleh mereka untuk memisahkan diri dari Indonesia hal ini wajar sebagai suatu konsekuensi bagi mereka agar bisa terhindar dari cemoohan, cacian rasisme terhadap mereka.
Hal ini merupakan kesimpulan dari harusnya kita selalu menjaga kerukunan hidup di Negara yang memiliki beragam suku, agama, dan ras.
Sudah saatnya kita mengubah pola pikir rasisme ini yang sudah menjadi suatu pandangan umum di masyarakat termasuk di setiap individunya sendiri. Bahwa derajat setiap orang termasuk derajat Papua itu sama, tidak ada perbedaan. Derajat kemanusiaan masyarakat papua itu sendiri tidak sama dengan sejenis hewan yang selama ini mereka lontarkan ketika berhadap dengan orang papua saat ada masalah dengan orang papua itu sendiri.
Perlawanan terhadap rasis ini juga di jelaskan di agama islam sendiri.
Sudah ada di dalam Al-Qur’an didalam surah Al-Hujurat ayat 13 yang meiliki arti “ Dan kami ciptakan Manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, serta dari laki-laki dan perempuan untuk saling mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah SWT adalah yang paling bertakwa”. Perbedaan seharusnya menjadi suatu keunikan tersendiri karena akan menjadi ciri khas setiap orang. Dan sebagai pembeda dari masyarakat lain sehingga mudah untuk saling mengenal tanpa harus saling menjatuhkan.