KUALA BARU – Kuala Baru Creative Team (KCTeam) mengatakan kepada atjehwatch.com, Kamis 25 Juni 2020. Bahwa Minat belajar periode terakhir ini di Kuala Baru menurun drastis. Tergambar dari kurangnya pelajar SMKN Kuala Baru dan para tamatan siswa-siswi yang tidak bersemangat lagi untuk melanjutkan kuliah di pergguruan tinggi.
Hal itu disampaikan oleh Muiza., SH (selaku mantan aktivis Kuala Baru dari 2010 sampai 2017, pegiat literasi Kuala Baru dan sekaligus Ketua KCTeam). Seperti kata para pepatah, generasi andal merupakan modal bangsa. Misalkan ini tentang Kuala Baru, artinya para generasi yang menuntut ilmu merupakan modal bagi Kuala Baru ke depan.
“Generasi Kuala Baru merupakan modal Kuala Baru,” ucap Muiza
Drastisnya penurunan angka minat melanjutkan kuliah di perguruan tinggi itu menjadi problem yang bersifat urgensif bagi Kuala Baru. Karena total mahasiswa Kuala Baru saat ini diseluruh penjuru hanya lebih kurang 20 orang. Ini dilema besar.
“Jumlah mahasiswa Kuba saat ini kurang lebih 20 orang,” tambah Muiza selaku sarjana hukum kosentrasi tata negara itu.
Beberapa alasan yang mungkin menjadi faktor menumpuknya pengangguran sehingga minat tamatan siswa/i tidak melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, antara lain:
1. Faktor ekonomi
Menjadi seorang mahasiswa/i di tahun 2020 terasa cukuplah berat bila dilihat dari sisi ekonomi. Karena biaya kuliah saat ini mencapai 3 jutaan per satu semester, ditambah lagi biaya kost dan biaya hidup di rantau orang. Oleh sebab itu, kebanyakan orang tua siswa patah arang untuk melanjutkan cita-cita sang anak. Cukup sayang sekali bukan!
2. Faktor semangat belajar
Seperti kata pepatah, dimana ada usaha, disitu ada jalan. Namun, untuk hal itu sudah terpudarkan bagi jiwa patriot siswa-siswi Kuala Baru. Karena sudah patah semangat, mungkin saja tidak ada yang menyupport keletihan, kesusahan, dan perjuangan menjadi seorang mahasiswa/i sehingga kian hari tertanam dalam diri seorang siswa untuk apa melanjutkan kuliah hanya sia-sia dan menghabiskan uang saja. Itu hanya persepsi, bila persepsi itu terus berkembang, cukup memperihatinkan, bukan!
3. Kurangnya beasiswa maupun fasilitas belajar untuk mahasiwa/i Kuala Baru
Setiap mahasiswa/i Kuala Baru haruslah berjuang sendiri-sendiri. Dari tahun 2010, sifat sama-sama berjuang di rantau orang bagi mahasiswa Kuala Baru yang kuliah belum terajut secara maxsimal, karena bila hidup di kampung orang secara individual cukuplah berat dengan berbagai macam kekurang. Sepatutnya ada support dari pemerintah agar beban terasa ringan dan pula semangat belajar bisa tumbuh dan berkembang. Selain itu, organisasi mahasiswa/i Kuala Baru patut dihidupkan agar terpicunya gairah kekeluargaan, gairah belajar, gairah menyelesaikan atau meneliti problema Kuala Baru yang kian hari kian meruncing pada kemunduran. Seperti amanat tri darma perguan tinggi yakni: pembelajaran, penelitian, dan pengabdian.
Oleh karena itu, beberapa rentetan faktor tersebut mulain dari faktor ekonomi, faktor semangat belajar, faktor beasiswa alangkah tepat dilahirkan kebijakan-kebijakan pemerintah Kuala Baru yang mendukung kebutuhan moral dan materil mahasiswa Kuala Baru.
Contohnya, dari 4 desa yang ada di Kuala Baru bisa menjawab sedikit masalah yang sedang dihadapi mahasiwa/i Kuala Baru melalui sub bidang anggaran pendidikan yang ada di Desa se Kecamatan Kuala Baru agar tidak ada alasan semangat pejuang untuk menjadi generasi yang andal demi Kuala Baru maju patah ditengah jalan. Dari sisi lain, patut juga pemerintah daerah Kabupaten Aceh Singkil mengalokasikan biaya khusus untuk mahasiswa terpencil Kecamatan Kuala Baru.
Muiza juga menjelaskan, pada tahun 2010 sampai 2017 di mana saat saya masih menjadi seorang mahasiwa di Banda Aceh, melihat mahasiwa/i dari Kecamatan tetangga cukup memuaskan. Contohnya Meukek, mahasiwa Kecamatan Meukek cukuplah kompak dalam berorganisasi dan pula pemerintahnya menyupport habis-habisan para pejuang yang sedang belajar.
Ahmad Muhajir selaku ketua Ikatan Mahasiswa Kuala Baru (IKMK) menjelaskan mahasiswa/i Kuala Baru terpencar di seluruh penjuru yang ada. Seperti ada kuliah di Banda Aceh, Padang, Riau, Lhokseumawe, Aceh Singkil, Medan dan daerah lain sebagainya.
“Kalau ada keperluan yang bisa kami bantu baik warga Kuba maupun Aceh Singkil di tempat kami kuliah hubungi saja. Karena sistem kekelurgaan harus kita pelihara,” tutup Muhazir