TARUNG ulang atau rematch. Sajian ini mungkin menanti warga Aceh Besar di pilkada 2022 nanti. Setidaknya, dua nama ini paling sering disebutkan oleh warga Aceh Besar dalam pembicaraan politik warung kopi selama beberapa pekan terakhir.
Pada pilkada 2017 lalu, berdasarkan pleno KIP Aceh Besar, Mawardi Ali-Tgk H Husaini A Wahab, unggul di 18 dari 23 kecamatan di Aceh Besar. Dari 18 Kecamatan tersebut, pasangan Putih berhasil meraup 110.116 suara dari 192.930 suara sah.

Sedangkan rivalnya, Saifuddin Yahya SE alias Pak Cek-Juanda Djamal ST hanya memperoleh 82.814 suara. Sedangkan jumlah suara tidak sah mencapai 7.177 suara, dan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) Aceh Besar, sebanyak 255.335 jiwa.
Dari hasil penelusuran media juga, salah satu yang dinilai menjadi factor kemenangan Mawardi Ali-Waled pada pilkada 2017 lalu, adalah tak terlepas dari isu ketertinggalan pesisir yang meliputi Aceh Rayeuk dan Aceh Raya.
Aceh Rayeuk meliputi Dapil 5 Aceh Besar, seperti Baitussalam, Darussalam, Mesjid Raya, Kutabaro dan Krueng Barona Jaya. Sedangkan Aceh Raya sendiri meliputi Pulo Aceh, Lhoknga hingga Lhoong.
Di 2016-2017 lalu, ini jadi isu hangat di pesisir Aceh Besar atau Aceh Rayeuk dan Aceh Raya. Ada ketimpangan pembangunan antara pesisir dengan daerah Sibreh hingga Jantho. Inilah yang digelinding oleh para Timses Mawardi-Waled untuk menentang pasangan Pakcek-Juanda yang didukung Partai Aceh.
Pesisir tertinggal jauh soal pembangunan, sarana transportasi, kesehatan dan pendidikan. Terbukti, isu ini mampu mengalahkan dominasi PA di pilkada 2017 lalu.
Mawardi sendiri, dalam masa kampanye 2017 lalu, mengklaim diri sebagai anak pesisir. Ia mengaku paham benar dengan derita warga pesisir yang sering menjadi anak tiri di Aceh Besar.
Faktor lain yang mendukung Mawardi adalah pecahnya dukungan kombatan GAM yang menjadi pendukung utama PA di Aceh Besar. Eks kombatan di pesisir, di pilkada 2017 lalu, kebanyakan mendukung Mawardi- Waled karena factor ketimpangan pembangunan tadi.
Lantas apakah hasil sama akan kembali diraih oleh Mawardi Ali jika terjadi tarung ulang di pilkada 2022 nanti? Jawabannya belum tentu.
Salah satu faktornya, karena Mawardi ternyata tak memprioritaskan pembangunan pesisir seperti janjinya di 2017 lalu. Ada banyak tokoh pesisir yang kecewa terkait hal ini. Ini juga yang bakal jadi senjata pamungkas Pakcek jika terjadi tarung ulang nantinya.
Terlebih harmonis kembalinya PA-PNA di level provinsi. Faktor ini juga menjadi amunisi tambahan jika Pakcek benar-benar kembali ke gelanggang untuk tarung ulang dengan Mawardi selaku petahana.
Persoalan internal PAN juga disebut-sebut menjadi penghambat bagi Mawardi untuk pilkada 2022 nanti. Mawardi disebut-sebut penyokong kubu Amin Rais yang siap siap membentuk partai baru atau PAN Reformasi.
Kubu PAN versi Zulkifli Hasan sendiri, kabarnya sedang mempersiapkan Muchlis Zulkifli sebagai calon bupati Aceh Besar. Nama ini merupakan anggota DPR Aceh periode yang sedang berjalan.
Di luar tiga nama di atas, ada nama Waled Husaini yang juga disebut-sebut bakal maju untuk pilkada Aceh Besar. Waled memiliki basis fanatic di Aceh Besar. Jika Waled tak lagi maju, PDA yang menjadi penyokong Waled bakal mengusulkan nama untuk bakal calon wakil untuk Pakcek dan Ansari Muhammad.
Nama terakhir adalah kader Golkar Aceh. Ansari memiliki komunikasi yang baik dengan masyarakat. Hal ini pula yang membuat sejumlah tokoh di Aceh Besar meminta Ansari meramaikan bursa calon bupati di Aceh Besar.