Aceh Utara – Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA) Kabupaten Aceh Utara mengecam kegiatan ‘Tour Moge’ yang dilaksanakan oleh Badan Reintegrasi Aceh (BRA) bekerjasama dengan IMBI.
“Kita sangat menyesalkan kegiatan yang dilakukan oleh BRA pada penyambutan hari damai, yang sangat bersejarah bagi masyarakat Aceh, terutama sekali kami anak syuhada dan korban konflik,” kata Juru bicara JASA Aceh Utara, Zubaili bin Muhammad Ali.
“Kegiatan tour moge yang dibiayai dengan APBA sebagai bentuk ketidakpedulian Pemerintah Aceh dalam hal tuntutan hak-hak korban konflik. Sangat lucu dan ironisnya untuk kegiatan seperti ini pemerintah Aceh melalui BRA sangat semangat.Padahal di belakang itu ada jeritan hati,darah berceceran serta air mata yang mengalir karena hingga tahun ke 15 perdamaian antara GAM dan RI, masih banyak sekali persoalan yang belum terselasaikan.”
“Banyak korban konflik yang selalu digadang-gadangkan bantuan segala macam tapi hasilnya nihil, bahkan ada yang putus pendidikan karena faktor ekonomi. Nah jadi pertanyaannya, kenapa itu tidak menjadi pusat perhatian yang paling utama bagi BRA?”
“Ingat, ada darah dan keringat para syuhada yang kalian nikmati serta yang kalian berikan untuk keluarga. Seharusnya hari peringatan damai ini, kalian laksanakan dengan keadilan dan penuh kebijaksanaan bukan dengan cara menghamburkan uang Aceh seperti ini.”
“Jangan main-main dengan perjuangan para syuhada, bekerjalah dengan hati nurani yang berkeadilan dan bijaksana dalam memenuhi kesejahteraan dan jangan sampai muncul dalam diri orang Aceh losscontrol sehingga muncul hal yang tidak kita inginkan,” ucapnya lagi.
Sementara itu, Muchlis bin Sayed Adnan selaku Ketua JASA Aceh Utara juga angkat bicara.
“Kegiatan ini sudah di luar batas, dan kami usulkan kegiatan ini dibatalkan dan anggarannya disalurkan ke korban konflik, rumah dhuafa atau anak syuhada serta korban konflik, masalah untuk mensosialisasikan damai Aceh ke luar, bisa dengan cara lain. Ini yang terpenting adalah kesejahteraan para eks kombatan, aneuk syuhada dan korban konflik yang hari ini masih berkehidupan dibawah rata-rata. Kadangkala ada masih belum punya rumah dan kenderaan pribadi,“ katanya.
“Kepada ketua BRA, kami mengecam kegiatan ini dan jika tidak sanggup menjalankan roda kepemimpinan BRA dengan bijaksana serta tidak dapat mengelola uang korban konflik dengan adil lebih baik saudara turun dari pada jabatan itu. Histori lahirnya BRA tidak sama dengan lembaga yang lain, BRA ini lahir dengan darah dan perjuangan para syuhada,” katanya lagi.[]