BANDA ACEH – Korban konflik yang juga alumni Institut Perdamaian Mindanao, Filipina, Andi Firdhaus Lancok, menilai kegiatan touring moge yang dilaksanakan oleh BRA dalam rangka memperingati hari damai Aceh, sama sekali tidak ada relevansinya dengan semangat pemenuhan rasa keadilan bagi korban konflik.
“Dana refocusing yang seharusnya digunakan untuk pencegahan dan penanganan Covid-19, dianggarkan untuk kepentingan yang tidak masuk akal di saat grafik pasien positif Covid-19 semakin meningkat.”
Menurutnya, BRA dibentuk dengan semangat untuk penguatan perdamaian, sehingga jika ada penjarahan uang APBA yang kerap terjadi, maka keberadaan Lembaga BRA perlu dievaluasi kembali wewenang dan hakikatnya.
“Untuk tidak melukai mental, hati dan semangat masyarakat serta korban konflik, agar dengan segera kegiatan tersebut dibatalkan. Kami mengutuk tindakan pemerintah Aceh yang menitip anggaran di BRA, seperti disampaikan Ketua BRA Pusat Tgk Fakhrurazi, bahwa BRA tidak pernah mengusulkan program itu sebelumnya, dan kegiatan itu muncul setelah terjadi refocusing anggaran.”
“Mengecam tindakan penjarahan uang rakyat demi menyeluarkan hobi dan kepuasan sekelompok orang yang mengatasnamakan damai di tengah pandemi saat ini,” kata pria yang akrab disapa Andi tersebut.
Andi juga meminta dewan pengarah seperti Wali Nanggroe, Ketua DPRA, Pangdam, Kapolda dan Kajati dapat bersikap dengan tegas demi rakyat Aceh dan semangat keadilan bagi para korban, serta meminta lembaga tersebut dievaluasi sekaligus diaudit.
“Keberadaan lembaga BRA belum signifikan membangun kepercayaan publik sebagai lembaga yang mampu membawa kesejahteraan dan pemulihan ekonomi bagi masyarakat korban konflik dan mantan kombatan GAM. BRA masih terkesan sebagai lembaga yang tidak memiliki konsep dan arah dalam menangani korban konflik dan mantan GAM, sehingga hanya berkutat pada ketergatungan anggaran APBA,” katanya. []