Jakarta – Badan Intelijen Negara (BIN) akan melanjutkan proses uji klinis terhadap obat virus corona (Covid-19) sesuai prosedur yang dimiliki Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Diketahui, lewat inspeksi yang pertama, BPOM menemukan proses uji klinis obat yang dikembangkan BIN, TNI AD dan Universitas Airlangga tak sesuai prosedur.
“Kita menyesuaikan saja apa yang menjadi perintah atau persetujuan dari BPOM,” ucap Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (19/8).
“Ya seperti biasa saja, kalau nanti perlu ada pengembangan-pengembangan ya kita ikuti, karena memang kewenangan ada di pihak BPOM,” tambahnya.
Selanjutnya, BIN bersama Unair dan TNI AD juga akan melakukan pengujian obat Covid-19 kepada pasien dengan kriteria yang telah ditentukan oleh BPOM.
BIN, kata Wawan, juga akan menguji obat Covid-19 secara acak terhadap pasien corona kepada pasien bergejala ringan, sedang, dan berat. Pengujian juga dilakukan acak sesuai demografi wilayah, bukan hanya pada satu komunitas masyarakat. Hal itu sesuai dengan prosedur BPOM.
“Kita juga akan ikuti perintah untuk menguji coba obat Covid-19 kepada pasien bergejala, apapun rekomendasi BPOM kita akan ikuti,” ucap Wawan.
Sebelumnya, Unair bekerja sama dengan BIN dan TNI AD mengembangkan obat untuk pasien Covid-19. Ada tiga kombinasi obat yang mereka gunakan.
Pertama, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci. Uji klinis klinis telah mendapatkan persetujuan pelaksanaan uji klinik (PPUK) oleh BPOM dengan Nomor PP.01.01.1.3.07.20.06.
Namun pada inspeksi pertama BPOM yang dilakukan 27 Juli lalu,ditemukan beberapa masalah dalam prosedur uji klinis yang dilakukan tim peneliti. Karenanya, Kepala BPOM, Penny Kusumawati Luskito menyebut obat Covid-19 belum memenuhi prosedur uji klinis.
Meski demikian, BPOM tetap mengapresiasi kinerja BIN, TNI AD dan Unair yang telah mengembangkan obat virus corona dalam rangka menangani kasus Covid-19 di Indonesia.
“Kami sampaikan apresiasi pada tim peneliti,” kata Kepala BPOM, Penny Kusumawati Luskito.