Jakarta – Thailand menjadi negara di Asia Tenggara yang tidak mencatatkan kasus baru infeksi virus corona (Covid-19) dalam kurun waktu seratus hari.
Sejauh ini negara berpenduduk 70 juta orang tersebut hanya memiliki beban kasus 3.427 pasien, dengan 58 kematian. Lebih dari 28 persen dari infeksi yang dilaporkan adalah kasus di luar negeri, menurut Kementerian Kesehatan.
Thailand dinilai sebagai salah satu negara yang cukup agresif melakukan langkah pencegahan penularan virus corona. Negara ini juga dinilai beberapa pihak cukup terbuka kepada publik.
CNN melaporkan, Negeri Gajah Putih itu menjadi negara yang pertama kali mengungkap adanya kasus corona kepada publik dunia di luar China. Pemerintah setempat mengumumkan kasus itu tepatnya pada 13 Januari 2020.
Kasus corona pertama Thailand adalah seorang turis China yang terbang ke ibu kota Bangkok dari kota Wuhan. Usai penemuan ini pada akhir Maret Thailand melarang turis dari Tiongkok untuk masuk ke sana.
Ketika beban kasus corona melonjak mendekati 1.000, pemerintah Thailand pun mengumumkan status darurat dan melarang semua orang asing yang bukan merupakan penduduk masuk.
Penutupan perbatasan telah terbukti efektif melindungi Thailand, sementara Covid-19 tengah merebak di seluruh dunia.
Di sisi lain, apa yang dilakukan pemerintah Thailand memberikan pukulan besar bagi sektor pariwisata, yang menurut Bank Dunia biasanya menyumbang hampir 15 persen dari Pendapatan Domestik Bruto Thailand.
Pada Juni, Dewan Pariwisata Thailand mengatakan diperkirakan akan melihat sekitar 8 juta turis asing tahun ini. Namun, rupanya menyusut dan turun 80 persen dari rekor tahun lalu sebesar 39,8 juta.
Ekonomi Thailand pun dilaporkan menyusut hingga 12,2 persen pada kuartal kedua tahun ini, catatan terburuk dalam 22 tahun sejak krisis keuangan Asia pada 1998.
“Kami berharap dapat menemukan cara untuk mendatangkan kembali wisatawan di masa mendatang. Mendatangkan kembali wisatawan adalah salah satu faktor kunci untuk menghidupkan kembali ekonomi Thailand di sisa tahun ini dan juga tahun depan,” kata Direktur Senior Departemen Ekonomi dan Kebijakan di Bank Sentral Thailand, Don Nakornthab.
“Tapi kita harus hati-hati, karena jika gelombang kedua terjadi, terutama akibat keterbukaan terhadap wisatawan, maka Thailand kembali bermasalah,” tuturnya.
Keberhasilan menurunkan angka kasus positif corona membuat negara Thailand mencoba membuka kembali sector pariwisata.
Menteri Pariwisata Thailand, Phiphat Ratchakitprakarn, mengatakan akhir bulan lalu negara itu berencana untuk mengizinkan turis asing kembali masuk melalui program yang disebut “Aman dan Tersegel.”
“Saya telah meminta persetujuan perdana menteri untuk menetapkan 1 Oktober sebagai tanggal untuk mengizinkan wisatawan (yang masuk) masuk,” katanya.
“Saya juga telah meminta untuk menggunakan Phuket sebagai model percontohan … dan telah mendapat persetujuan dari Pusat Administrasi Situasi Ekonomi,” lanjut dia
Jika berhasil, proyek akan diperluas hingga mencakup tujuan lain.
Pada awalnya, wisatawan akan diizinkan terbang ke Phuket – pulau terbesar di Thailand – dan perlu melakukan karantina di resor yang ditentukan selama 14 hari.
Perlakuan ketat seperti yang telah dilakukan Thailand rupanya masih bobol juga. Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Penyakit Thailand, Suwanchai Wattanayingcharoenchai mengungkap satu orang di Thailand kembali terpapar virus corona.
“Ini adalah transmisi lokal pertama setelah kami melewati 100 hari (tanpa kasus positif),” ucapnya dilansir dari AFP, Jumat (4/9).
Pasien itu adalah seorang pria yang bekerja sebagai disjoki (DJ) yang tengah mendapat vonis hukuman dua tahun penjara atas kasus penyalahgunaan narkoba. Dia mendekam di penjara di Bangkok dan kini dirawat di rumah sakit.