KUALA LUMPUR – Akibat pandemi virus corona atau Covid-19 yang melanda ke berbagai belahan dunia, menyebabkan dunia usaha terpaksa mengurangi jumlah tenaga kerjanya dan hal tersebut juga dialami oleh masyarakat Aceh yang bekerja di Malaysia.
Ketua Perkumpulan Masyarakat Aceh di Malaysia, Bukhari mengatakan, saat sekarang ini memang kondisinya sudah mulai terbuka dan tidak terikat saat diberlakukannya lockdown beberapa bulan yang lalu.
“Kini kondisinya memang lebih terbuka dan tidak ketat saat diberlakukan lockdown beberapa waktu yang lalu, hanya saja beberapa tempat masih diperketat karena kondisinya masih ada yang terjangkit virus tersebut,” ujar Bukhari, ketika dihubungi Tagar, melalui telepon seluler, Minggu, 20 September 2020.
Bukhari menambahkan, saat sekarang ini banyak masyarakat Aceh yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), akibat pandemi Covid-19 karena banyak perusahaan yang mengurangi pegawainya.
Maka diperkirakan, ada sekitar 40 persen masyarakat Aceh yang bekerja di Malaysia menerima PHK, sehingga kondisi mereka saat sekarang ini sangat miris sekali karena tidak memiliki pekerjaan.
“Coba bayangkan saja, ada salah seorang kepala keluar yang menerima PHK dan kondisinya sangat miris sekali, harus sewa rumah dan menanggung beban keluarganya. Semoga saja kondisi ini segera berakhir,” tutur Bukhari.
Tambahnya, pada saat diberlakukan lockdown beberapa waktu yang lalu, memang banyak yang tidak bisa bekerja, karena harus selalu berada di rumah dan sekarang ini kondisinya telah berbalik.
“Semoga saja mereka semua bisa mendapatkan pekerjaan yang baru dan kondisinya bisa normal kembali seperti sebelumnya,” kata Bukhari. []