Jakarta – Pejabat partai pimpinan Aung San Suu Kyi, Zaw Myat Linn tewas di tahanan junta militer Myanmar, Selasa sore (9/3).
Zaw merupakan pejabat partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) kedua yang tewas dalam dua hari terakhir ini.
Sebelumnya pejabat NLD lainnya, Khin Maung Latt meninggal pada Minggu (7/3).
Anggota Majelis Tinggi Parlemen yang digulingkan Ba Myo Thein mengatakan bahwa Zaw meninggal setelah dia ditangkap di Yangon sekitar pukul 1.30 pagi.
“Dia selalu ikut dalam aksi protes,” kata Ba Myo Thein seperti dikutip dari Reuters. Hingga kini penyebab kematian Zaw belum diketahui.
Dalam siaran langsung Facebook sebelum ditahan, Zaw Myat Linn mendesak orang-orang untuk terus melawan tentara, “bahkan jika itu mengorbankan nyawa kami.”
“Kekuatan mereka tidak akan pernah bertahan lama,” katanya.
Baik militer maupun polisi tidak menanggapi panggilan untuk memberikan komentar.
Polisi sebelumnya juga menindak media independen, menggerebek kantor dua outlet berita dan menahan dua jurnalis.
Myanmar mengalami krisis sejak
Selain Suu Kyi, angkatan bersenjata Tatmadaw juga menahan sejumlah pejabat pemerintahan sipil lain, seperti Presiden Myanmar, Win Myint, dan sejumlah tokoh senior partai berkuasa, NLD.
Militer kemudian menyatakan kekuasaan pemerintah Myanmar telah diserahkan kepada Panglima Militer Jenderal Min Aung Hlaing.
Lebih dari 1.900 orang telah ditangkap di seluruh negeri sejak kudeta tersebut, kata Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Polisi membubarkan demonstrasi yang tersebar di Yangon dan kota-kota lain di Myanmar dengan gas air mata dan granat kejut pada hari Selasa.
Saat malam tiba, tentara menembakkan senjata di berbagai distrik di kota pesisir Dawei. Sementara setidaknya dua orang terluka kota Mohnyin pada hari sebelumnya, satu akibat tembakan.
Saksi mata mengatakan dua wartawan dari Kamayut, sebuah perusahaan media independen, ditangkap, sementara militer menggerebek kantor Mizzima News di Yangon.
Rekaman langsung yang diposting ke media sosial juga menunjukkan penggerebekan di kantor Democratic Voice of Burma (DVB).
Sehari sebelumnya, junta mencabut izin Mizzima, DVB, dan tiga outlet berita lainnya. Mereka semua aktif meliput unjuk rasa menentang kudeta.
Setidaknya 35 jurnalis telah ditangkap sejak kudeta seperti dilaporkan Myanmar Now. Sementara 19 di antaranya telah dibebaskan.
Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) menyebut lebih dari 60 pengunjuk rasa tewas dan lebih dari 1.800 ditahan setelah kudeta bergulir.