REDELONG- Webinar perdana literasi digital Indonesia Makin Cakap Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Provinsi Aceh dimulai dari Kabupaten Bener Meriah dan berlangsung hari ini, Senin (31/5/2021).
Kegiatan perdana ini mengangkat tema “Memanfaatkan Trend Aplikasi Media Sosial di Era Digital” dengan menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu dosen Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya Lampung M Said Hasibuan, Founder CAP Solution Agus Budiyono, Kadis Kominfo Bener Meriah Ilham Abdi, dan dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh Hendra Syahputra.
M Said Hasibuan menjelaskan, literasi digital merupakan kumpulan data berupa informasi yang disajikan secara digital.
“Poinnya adalah informasi yang dulu berbentuk fisik seperti koran kini juga bisa diakses melalui internet dan dikemas dalam sebuah website. Bentuk informasi digital seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan televisi digital yang bisa ditonton secara berlangganan. Jika dulu hanya TV konvensional saja, sekarang sudah bisa melalui digital,” katanya.
Seiring dengan perkembangan zaman digital ini kata dia, warganet juga harus mengetahui hak cipta sebagai identitas digital, yakni suatu konsep hukum terkait dengan seni, tulisan, gambar, musik, dan lain-lain yang dipegang atau dimiliki oleh orang yang menciptakannya. Sehingga jika karya tersebut dikutip maka wajib mencantumkan sitasi atau hak cipta pengarangnya.
Secara rinci ia menjelaskan, identitas digital setidaknya mencakup empat poin penting, yaitu who you are, what you know, what you have, dan what you share. Identitas digital selanjutnya adalah Creative Common yang berguna untuk kepentingan komersial tanpa menghilangkan sumber aslinya dan harus berlisensi sama persis. Sedangkan untuk nonkomersial biasanya dalam bentuk paper dan animasi.
Sementara Agus Budiyono yang memaparkan topik Pentingnya Rekam Jejak di Era Digital menjelaskan, semua aktivitas di internet akan menjadi jejak digital seperti menulis blog dan status di media sosial.
“Jika kita sering mengunjungi sebuah situs maka akan muncul dan sesuai dengan tema tersebut, itu disebut dengan jejak digital,” katanya.
Karena itu, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum membuat konten di internet, seperti menyadari apa yang ditulis akan bertahan selamanya, selalu berpikir sebelum memposting sesuatu, bijak dan berhati-hati dalam beraktivitas secara digital, dan menimbang baik-baiak apa yang akan diposting. Pastikan bahwa konten itu benar dan penting. Dan yang tak kalah penting ialah perlunya mengenali berita-berita palsu yang banyak beredar di internet.
“Pentingnya membangun rekam jejak digital yang positif didasari oleh data survei yang menunjukkan 69% perusahaan telah menolak calon karyawan berdasarkan sesuatu yang mereka lihat di situs jejaring sosial. Strategi membuat jejak digital pertama adalah kita perlu bersikap konsisten, melihat rujukan URL, perbarui status di media sosial, aktif di blog, gunakan kata-kata kunci yang mewakili brand,” katanya.
Senada dengan itu, Hendra Syahputra yang mengupas topik Budaya Literasi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana menjelaskan jika di era digital sekarang banyak informasi hoaks atau palsu berlalu-lalang di internet. Karena itu penting sekali melakukan penyaringan sebelum mengonsumsi berita-berita yang beredar.
Bicara literasi kata Hendra, bukan hanya fokus pada aktivitas membaca atau menulis saja, tetapi yang paling penting adalah memahami apa yang dibaca dan ditulis.
“Jika kita salah memahami, maka kita akan menyebarluaskan berita yang tidak benar maka bisa menjadi sampah digital,” ujarnya.
Untuk mendukung kecakapan digital ini, Hendra mengajak peserta agar menjadikan membaca sebagai aktivitas penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca, tidak hanya membuat seseorang menjadi individu yang lebih cakap, tetapi juga telah berkontribusi dalam mencerdaskan lingkungan di sekitarnya.
Sebagai penutup, Ilham Abdi dalam paparannya yang bertopik Kecanduan Internet menjelaskan dampak negatif dunia digital yang memungkinkan seseorang candu pada internet.
“Banyak kebiasaan dan budaya yang berubah akibat dari dampak kecanduan internet. Aktivitas yang paling digemari oleh pengguna internet Indonesia ialah bermedia sosial. Saat ini ada 170 juta jiwa orang Indonesia yang merupakan pengguna aktif sosial media,” paparnya.
Seiring dengan maraknya dunia digital ini kata Ilham, turut berdampak pada sektor lain misalnya peningkatan pesat di bidang online shop yang naik hingga 400 persen. Kehadiran media sosial merupakan keniscayaan di tengah dunia digital saat ini, itu sebabnya penting sekali menggunakannya untuk hal-hal positif seperti penunjang produktivitas, mengedukasi masyarakat, dan untuk pengembangan diri.
Berdasarkan survei Indeks Digital Nasional 2020 di 34 provinsi di Indonesia, akses terhadap internet ditemukan kian cepat, terjangkau, dan tersebar hingga pelosok. Namun literasi digital masyarakat Indonesia dinilai berada dalam level sedang. Indeks ini mencakup empat hal meliputi informasi dan literasi data, komunikasi dan kolaborasi, keamanan, dan kemampuan teknologi. Hal ini mendorong pemerintah untuk memasifkan edukasi digital bagi masyarakat Indonesia melalui gerakan Indonesia Makin Cakap Digital.[]