Jakarta – Pemilihan presiden di Iran resmi berakhir Sabtu (19/6) dini hari. Rakyat Iran kini menunggu hasil pemilihan tersebut apakah akan langsung diketahui presiden baru mereka atau bakal ada putaran kedua.
Hasil pemungutan suara diharapkan sudah ada Sabtu (19/6) siang waktu setempat. Putaran kedua akan digelar pada 25 Juni jika belum ada pemenang mutlak dalam pemilihan kali ini.
Ulama ultrakonservatif Ebrahim Raisi dinilai akan meraih kemenangan. Persaingan antarkandidat tak seketat di negara lain. Kampanye juga cenderung lesu ditambah partisipasi politik yang rendah.
Pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei saat memberikan suara pertama di Teheran meminta 60 juta pemilih Iran yang sudah memenuhi syarat untuk datang ke TPS.
“Semakin cepat Anda melakukan tugas dan kewajiban ini, semakin baik,” katanya seperti dikutip dari AFP.
Rendahnya partisipasi politik ditengarai akibat ekonomi lesu. Inflasi melonjak, banyak yang kehilangan pekerjaan dan diperparah kondisi pandemi.
“Saya bukan politisi, saya tidak tahu apa-apa tentang politik. Semua keluarga sekarang menghadapi masalah ekonomi. Bagaimana kami bisa memilih orang-orang yang melakukan ini pada kami? Itu tidak benar,” kata mekanik mobil Teheran, Nasrollah.
Bahkan ada pula yang menyuarakan kemarahan sebab apa yang dilihat rakyat sudah diatur seolah panggung drama. Pemilik toko Teheran, Saeed Zareie berkata mau memilih atau tidak, sudah ada seseorang yang terpilih. “Mereka mengatur pemilihan untuk media,” imbuhnya.
Akan tetapi ada pula yang mendukung pemungutan suara dan Raisi. Raisi dianggap menjanjikan gerakan antikorupsi, bantuan buat orang miskin dan jutaan rumah susun untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Sahebiyan, seorang perawat, mengaku mendukung Raisi. Dia berharap Raisi akan “memajukan negara dan menyelamatkan orang-orang dari deprivasi ekonomi, budaya dan sosial,” kata dia.
Lebih dari 12 jam pemungutan suara, jumlah pemilih nasional mencapai 37 persen. Kantor berita Fars melaporkan para pemilih tidak hanya rakyat yang berada di Iran tetapi juga warga negara Iran yang berada di perantauan seperti di Irak, Kuwait, dan Lebanon.
Pilpres Iran diikuti oleh empat capres dari semula tujuh kandidat yang mendaftar. Tiga orang di antaranya kemudian mundur.
Empat capres yang bertarung adalah ulama ultrakonservatif Ebrahim Raisi, eks komandan Garda Revolusi Iran Mohsen Rezai, mantan Gubernur Bank Sentral Iran Abdolnasser Hemmati, dan politikus partai FIRS Amir-Hossein Ghazizadeh.
Pemenang akan menggantikan Presiden Hassan Rouhani yang sudah menjabat dua periode.