WANITA murah senyum ini bernama lengkap Hetti Zuliani MPd, Cht, CI. Ia alumni FKIP Unsyiah yang juga istri dari Mahfuddin Ismail, S.Pd.I, M.A.P, Ketua DPRK Pidie.
Hetti, demikian mantan aktivis perempuan ini biasa disapa, aktif mendampingi setiap kegiatan sang suami, terutama saat turun ke pedalaman Pidie saat melaksanakan tugas-tugas kedinasan.
Di luar hal tadi, ibu dari 5 anak itu juga aktif di bidang konseling.
Ya, sosok konselor ini kini aktif dalam berbagai kegiatan di Aceh.
Ia dan tim keluar masuk dayah dan sekolah di Aceh untuk menangani berbagai persoalan psikologis anak.
Sehari-harinya, Bunda Hetti, demikian sosok ini biasa disapa, menjadi dosen tetap Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) di Banda Aceh.
Selain itu, ia menjadi Direktur Eksekutif Yayasan Permata Aceh Mulia Sigli, Pidie. Yayasan yang biasa disingkat YPAM ini berkantor di depan Terminal terpadu Sigli.
“”Kita ada program Saweue Sikula setiap Senin pagi. Tujuannya adalah konseling trauma untk anak-anak korban pelecehan seksual dan lainnya. Kemudian Parenting dan saweue anak-anak berkebutuhan khusus ke gampong-gampong,” ujar Hetti kepada atjehwatch.com, Sabtu 4 September 2021.
Menurutnya, selama masa pandemi berlangsung, peran orangtua sangat menjadi penentu bagi perkembangan karakter sang anak.
“Misalnya anak yang lahir komunikasi yang rendah kurang percaya diri anak anak dari kecil tidak dapat mengemukan pendapat.”
“Nah ini hal ini bisa membuat dia mengalami gangguan sosial sulit berinteraksi, kualitas rendah, mudah minder dan kurang percaya diri sehingga membuat ia stres. Kondisi ini bukan berarti si anak tidak cerdas. Tapi tidak mandiri. Anak belajar seolah-olah mendapat tekanan dalam hidup, padahal ia memiliki kercerdasan,” ujar Hetti yang merupakan wanita kelahiran Matang kumbang Alue Ie Puteh, Aceh Utara 6 Juni 1984.
Hetti berharap orangtua menjadi pembimbing anak-anak dalam beraktivitas sehari-hari, terlebih lagi belajar daring yang diterapkan oleh pemerintah selama pandemi corona melanda di seluruh dunia.
Belajar daring mengharuskan siswa atau anak untuk akrab dengan teknologi digital, terutama handphone.
“”Cuma peran orangtua memantau dan mengawasi hal dilakuan si anak, benarkah dipakai belajar, apa belajarnya dan bagaimana isi pembelajaran harusnya diketahui,” kata dia sambil tersenyum. []