Jakarta – Kedutaan Besar RI di Kolombo belum memutuskan melakukan evakuasi wajib bagi warga negara Indonesia (WNI) di Sri Lanka meski negara di Asia Selatan itu telah diklaim bangkrut menyusul krisis ekonomi yang terus memburuk.
“KBRI belum memutuskan mengumumkan evakuasi wajib (mandatory evacuation) bagi WNI yang tinggal di Sri Lanka,” ujar pejabat konsuler KBRI Kolombo, Heru Prayitno, kepada CNNIndonesia.com pada Rabu (22/6).
Meski begitu, KBRI mendukung dan membantu WNI yang memutuskan meninggalkan Sri Lanka atau evakuasi mandiri karena krisis.
Heru menyatakan KBRI juga telah menyusun rencana kontijensi guna membantu WNI jika situasi terus memburuk dan segera memerlukan penanganan.
“KBRI telah menyusun rencana kontijensi guna membantu WNI jika situasi terus memburuk dan segera memerlukan penanganan. Dalam kaitan ini KBRI selalu konsultasi dengan Kemlu Pusat dan koordinasi dengan otoritas Pemerintah Sri Lanka,” ucap dia.
KBRI, lanjut Heru, juga telah menyiapkan kebutuhan sembako bagi WNI yang membutuhkan.
“Penyiapan kebutuhan sembako merupakan bagian dari rencana kontijensi perlindungan WNI,” terang dia.
KBRI, lanjutnya, terus melakukan pemantauan situasi dan berkomunikasi dengan seluruh WNI. Berdasarkan data hingga Mei 2022, jumlah warga Indonesia di Sri Lanka mencapai 306 orang.
Mekanisme pemantauan dan komunikasi dilakukan melalui grup WhatsApp dan pengumuman terbaru melalui situs resmi KBRI.
Namun, Heru mengatakan masih banyak WNI yang masih memutuskan bertahan di Sri Lanka karena masih mendapat fasilitas yang memadai termasuk gaji, makan, dan akomodasi. Heru menuturkan mayoritas WNI tersebut bekerja sebagai terapis spa.
Namun, Heru tak menampik terdapat sejumlah WNI terapis spa di Sri Lanka yang turut menghadapi kendala terkait hak gaji di situasi krisis saat ini.
“Secara umum mereka masih dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk dapat hidup secara layak,” jelas Heru lagi.
Keluhan WNI lain umumnya terkait nilai gaji yang tergerus imbas nilai inflasi dan harga kebutuhan pokok yang melonjak.
Menurut Heru, sebagian besar WNI di Sri Lanka masih dapat mengelola situasi krisis.
Sementara itu, terdapat WNI yang kembali ke tanah air imbas kondisi yang semakin parah di Sri Lanka.
Sebagaimana diketahui, Sri Lanka berada diambang kebangkrutan akibat krisis ekonomi dan politik di negara itu.
Krisis valuta asing, lonjakan harga makanan, obat-obatan hingga bahan bakar minyak membuat Sri Lanka kini diklaim sebagai negara bangkrut.