Jakarta – Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah atau Polda Sulteng menyebutkan hingga saat ini korban tewas akibat ledakan tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel di Morowali sebanyak13 orang. Mereka terdiri dari 4 pekerja warga negara asing asal Cina dan 9 pekerja lokal.
Kepala Bidang Humas Polda Sulteng Komisaris Besar Djoko Wienartono mengatakan, peristiwa ledakan tersebut berawal dari tim teknis yang tengah memperbaiki satu tungku nikel di lantai 2.
“Saat Tim Teknis melakukan perbaikan tungku yang dimaksud, terjadi ledakan disertai dengan semburan api yang mengakibatkan kebakaran,” kata Kombes Djoko dalam siaran pers resminya pada Senin, 25 Desember 2023.
Polisi, kata Djoko, telah melakukan langkah antisipasi agar tak terjadi lagi kebakaran hingga menimbulkan korban baru pascakejadian tersebut.
“Pada saat awal kami melakukan pemadaman api sambil melakukan pertolongan kepada korban yang berada di PT ITSS, setelah itu kami mengamankan tempat kejadian perkara atau TKP dengan memasang police line sehingga tidak semua bisa masuk ke dalam,” kata dia.
Ledakan tungku smelter di PT ITSS terjadi pada Ahad, 24 Desember 2023 sekitar pukul 05.30 WITA.
Akibat kejadian itu 13 pekerja dinyatakan meninggal dan 46 lainnya mengalami luka-luka.
Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto, juga meminta Pemerintah menghentikan sementara (moratorium) semua operasional smelter perusahaan asal Cina di Indonesia.
Menurut Mulyanto, setelah moratorium dilakukan, maka Pemerintah dapat mengaudit semua smelter tersebut secara ketat karena sering terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban jiwa.
“Audit harus dilakukan secara profesional, objektif dan menyeluruh terhadap aspek keamanan dan keselamatan kerja. Jangan sampai karena ada pertimbangan politik, Pemerintah mengabaikan aspek keamanan dan keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan itu,” kata Mulyanto.
Sementara itu, Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan mengklaim tungku tersebut masih layak pakai.
“Tungku 41 hanya harus mendapat perawatan rutin secara periodik. Pengecekan berkala selalui dilakukan,” kata Dedy kepada Tempo, Minggu, 24 Desember 2023.
Dedy juga mengatakan karyawan yang bertugas di area berbahaya tersebut selalui didampingi tim teknis. Pendamping itu, termasuk petugas pengawas kerja.