Oleh Rahmat Fahlevi, S.IP. Penulis adalah alumni Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala.
Pernyataan paslon Cabup-Cawabup 01 Sibral Malasyi & Hasan Basri di sebuah kampanye dengan menyerang golongan tertentu yang mengisi jajaran teras birokrasi kabupaten Pidie jaya 2 periode yang lalu adalah sebuah pernyataan moral hazard dalam berpolitik atau penyimpangan moral.
Walaupun jajaran strategis pemerintah yang dikatakan dalam kampanye tersebut benar namun pemilihan term dan diksi yang dilontarkan paslon 01 sangatlah tidak bagus untuk di dengungkan di ruang publik, apalagi paslon yang berkontestasi dalam pilkada Pidie jaya tahun ini hanya 2 paslon saja yang hal tersebut sangat memungkinkan untuk terjadinya polarisasi dan perpecahan dengan cepat.
Hal sejenis itu sangat peyoratif atau menjatuhkan lawan debat dan kompetitor dengan menyerang pribadi.
Jika desa Cubo dikatakan seperti yang di utarakan oleh paslon 01, statement yang dilontarkan oleh paslon 01 dalam kampanye nya pun adalah standar etika berpolitik abad sebelum masehi dengan menyerang pribadi. Tidak patut paslon yang di dukung oleh para alim ulama melontarkan kalimat seperti itu, ini adalah tindakan kontradiktif dan nir etika apalagi di sebarluaskan di ruang publik yang menjadi tontotan khalayak ramai.
Berbeda halnya dengan tahun 2018 lalu, paslon yang mendaftar sebagai cabup-cawabup 4 paslon atau dengan kata lain perpecahan dan polarisasi sedikit terurai dan tidak terfokus pada salah satu paslon.
Saya sangat berharap ide yang di tuangkan dan misi yang di perjuangkan setiap paslon yang berkontestasi di pilkada serentak ini demi memajukan Pidie jaya dan membenahi seluruh hulu ke hilir permasalahan yang terjadi, melakukan focusing pada komoditas prioritas Pidie jaya, memperluas lapangan kerja dengan mengintensifkan industrialisasi dan hilirisasi pertanian agar masyarakat setempat terdampak dari proses revitalisasi ekonomi ini.
Besar harapan saya agar paslon mencerminkan perilaku pemimpin dalam berkampanye, menyuguhkan perdebatan yang pedagodis atau terdidik agar masyarakat Pidie jaya mendapatkan pendidikan politik yang baik.
Menyulut emosi masyarakat dengan pidato dan orasi politik negative & black campaign demi meningkatkan margin elektabilitas adalah upaya perpecahan dan mengakibatkan disintegrasi dalam masyarakat. Jangan jadikan pilkada sebagai ajang pemecah belah masyarakat yang menimbulkan stereotype pada golongan tertentu yang berdasarkan asumsi subjektif pribadi.