Banda Aceh – Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh pada 2025 berkisar antara 3,86-4,66 persen secara year-on-year (yoy) di tengah menghadapi tantangan global maupun domestik yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
“Bank Indonesia Provinsi Aceh tetap optimis pertumbuhan ekonomi Aceh akan kuat pada tahun 2025, di tengah berbagai tantangan akan akan dihadapi,” kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Hertha Bastiawan di Aceh Besar, Jumat, malam.
Pernyataan itu disampaikan Hertha saat pertemuan tahunan Bank Indonesia yang bertajuk “Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional” di Aceh Besar.
Ia menjelaskan memasuki tahun 2025, ada beberapa tantangan dan potensi risiko yang akan dihadapi Indonesia, sehingga sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk Aceh.
Di antaranya, seperti risiko fragmentasi geopolitik masih terus berlanjut, ketidakpastian pasar keuangan akibat pengaruh kebijakan bank sentral negara maju, ancaman perubahan iklim dan berbagai tantangan lainnya.
Dari sisi domestik, kata Hertha, ada beberapa hal diperkirakan menjadi penahan laju pertumbuhan ekonomi Aceh pada 2025, seperti terbatasnya pembangunan dari proyek strategis nasional (PSN) dan normalisasi anggaran pemerintah daerah pasca penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) pemilihan umum dan Pilkada pada 2024.
“Untuk itu kita perlu upaya ekstra untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi melalui penyelenggaraan event yang menarik bagi masyarakat baik di Aceh maupun luar Aceh,” ujarnya.
Kendati demikian, Bank Indonesia Aceh tetap optimis ekonomi Aceh akan tetap tumbuh dengan baik di tengah menghadapi berbagai risiko dan tantang tersebut, tentunya melalui kerjasama kolaborasi lintas sektor yang di provinsi berjulukan Tanah Rencong itu.
“Ekonomi Aceh pada tahun 2025 kami perkirakan tumbuh sekitar 3,86 – 4,66 persen. Hal ini tentunya sangat penting untuk pendorong pertumbuhan nasional yang diperkirakan sebesar 4,8 – 5,6 persen pada tahun 2025,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Hertha, dalam upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, perlu juga dorongan bersama melalui strategis hilirisasi pertanian dengan pengembangan contract farming, teknologi tepat guna, serta dukungan alat produksi olahan pangan.
Selanjutnya, hilirisasi pariwisata melalui peningkatan aspek atraksi, aksesibilitas, amenitas, pelaku dan promosi (3A2P), pengembangan UMKM dan ekonomi syariah, percepatan digitalisasi daerah serta penyelenggaraan agenda besar baik seni, budaya, dan lainnya.
“Melalui acara ini, Bank Indonesia mendorong semangat optimisme bersama dalam upaya pemulihan ekonomi, namun tetap mewaspadai segala tantangan yang masih akan membayangi perekonomian ke depan,” ujarnya.