LANGSA – Petinggi PT Pembangunan Aceh {PEMA) turun ke lokasi pengelolaan komoditi sulfur di Aceh Timur selama beberapa hari terakhir. Tujuannya untuk mengecek langsung aktivitas pengelolaan komoditi sulfur di Aceh Timur.
“Kita turun langsung ke lapangan. Bertemu langsung dengan para pimpinan daerah dan masyarakat. Ada para pimpinan DPRK, serta tokoh masyarakat di sekitar. Alhamdulillah, tidak ada kendala yang berarti,” kata Direktur Keuangan dan Umum PT. PEMA, Dr (C) Teungku Muhammad Nur MSi, Jumat 9 Mei 2025.
“Mayoritas pekerja, juga warga Aceh Timur. Hanya ada sekitar 3 orang saja yang kita perbantu dari kantor pusat,” ujarnya lagi.
Menurutnya, aktivitas pengelolaan sulfur oleh PT PEMA di Aceh Timur telah berjalan sesuai SOP serta kajian lingkungan. Dimana, penempatan sulfur juga jauh dari area laut dan di lokasi pelabuhan yang minim aktivitas warga.
“Kita apresiasi kepada pekerja yang tetap menjaga SOP dan lingkungan.”
“Demikian juga dukungan yang besar dari para pimpinan daerah. Kita berharap aktivitas ini mampu memberdayakan para pekerja, terutama warga Aceh Timur,” kata Teungku Muhammad Nur.
Sebelumnya diberitakan, kegiatan pengelolaan Komoditi Sulfur oleh PT. PEMA dari Proyek Pengembangan Gas WK (BLOK) A di Kabupaten Aceh Timur sudah berjalan sejak 2020 hingga 2025.
Limbah sulfur ini diperoleh dari proses produksi Central Processing Plant (CPP) PT. Medco E&P Malaka, dengan rata-rata disebut dapat menghasilkan bahan mentah sulfur 500 ton/bulan.
Dilaporkan, PT. PEMA mendapatkan hak kelola dengan menjual bahan mentah ke luar daerah melalui pelabuhan Aceh Utara dan pelabuhan Langsa, dan pengapalan perdana sebanyak 1.300 ton melalui pelabuhan KEK Arun Blang Lancang Lhokseumawe, Jumat 14 Januari 2022.