Oleh Annisa Tri Bahirah. Penulis adalah mahasiswi UIN Ar-Raniry.
Konflik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan memainkan peran penting dalam proses pengembangan masyarakat. Meskipun sering dianggap sebagai hambatan, konflik juga bisa menjadi alat dalam mempercepat pembangunan apabila dikelola dengan tepat. Konflik berbeda dengan kekerasan; konflik berakar pada perbedaan ide, kepentingan, emosi, dan nilai, sedangkan kekerasan adalah bentuk lanjutan yang bersifat fisik.
Para ahli menyatakan bahwa konflik muncul ketika dua pihak memiliki tujuan atau kepentingan yang saling bertentangan dan tidak dapat dicapai secara bersamaan. Dalam masyarakat, konflik dapat timbul dari berbagai sumber seperti perbedaan ekonomi, politik, budaya, maupun sosial. Karena manusia terlahir dengan berbagai perbedaan fisik dan non-fisik, maka konflik menjadi sesuatu yang alamiah.
Dalam perspektif Islam, konflik sudah ada sejak awal penciptaan manusia, seperti yang tergambar dalam kisah Nabi Adam AS dan anak-anaknya. Oleh karena itu, memahami hakikat konflik sangat penting agar masyarakat mampu mengelola perbedaan secara bijak dan membangun kehidupan sosial yang harmonis.
Konflik bisa dikategorikan kedalam beberapa jenis, pengkategorian ini agar memudahkan dalam mengenal jenis jenis konflik dan menentukan solusi dari konflik tersebut. Berikut adalah jenis jenis konflik yang dapat dikelompokkan:
• Intra-Personal Conflict ( Konflik dalam diri seseorang)
Konflik ini jarang disadari ole hseseorang, salah satufaktornya karena menyangkut kredibilitas diri sendiri dan sangat sulit dilihat karena terjadi pada diri pribadi seseorang. Contoh yang paling sering terjadi adalah ketika seseorang tidak bisa membuat keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapinya.
• Inter-Personal Conflict ( Konflik antara dua Individu atau Lebih)
Konflik seperti ini terjadi salah satu faktornya karena perbedaan kebutuhan antara satu individu dengan individu lainnya. Sikap egois dan tidaktoleran sangat mudah untuk terlibat di dalam konflik semacam ini. Contoh dari konflik ini adalah terjadi perdebatan atau perbedaan pendapat baik anatara suami- istri, sesama teman, anak- orang tua, dll.
• Intra-Group Conflict (konflik didalam kelompok)
Konflik didalam satu kelompok sangat umum terjadi yang kadang kala dapat menghancurkan kelompok tersebut. Pemicu dari konflik ini bisa dimulai dengan kurang puas dengan kondisi yang terjadi sampai memperebutkan posisi ketua kelompok. Tidak jarang suatu kelompok akan terjadi perpecahan menjadi beberapa kelompok setelah terjadinya konflik. Contoh yang paling nyata adalah terjadinya perpecahan di dalam partai politik semacam PDI yang kemudian lahirnya PDI perjuangan. Terjadinya perpecahan didalam tubuh Golkar yang terbagi kepada dua kubu yakni kubu Aburizal Bakri dan kubu Agung Laksono.
• Inter-Group Conflict (konflik antara dua kelompok atau lebih)
Konflik diantara kelompok disebabkan oleh berbagai hal. Pada umumnya karena terganggunya kepentingan satu kelompok oleh keompok lain. Tidak jarang konflik seperti ini berakhir dengan kekerasan karena setiap kelompok memiliki kekuatan baik untuk menyerang dan mempertahankan diri.
• Intra-State Conflict (konflik didalam Negara)
Konflik didalam Negara kebanyakan dipicu oleh kondisi sosial yang kurang berpihak kepada etnis tertentu dan tidak jalannya pembagian kekauasaan yang merata. Pemicu dari konflik ini bisa saja alasan ekonomi, idiologi, perbedaan budaya, hegemony mayoritas terhadap minoritas, exploitasi sumberdaya tanpa memperdulikan lingkungan sekitar dan sebagainya. Tidak jarang konflik semacam ini akan berujung kepada kekerasan bersenjata.
Contoh yang paling jelas dari konflik ini adalah konflik bersenjata antara kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia.
• Inter-State Conflict (conflict antara dua Negara atau lebih)
Konflik ini dilandasi oleh berbagai kepentingan namun umumnya diakibatkan oleh perebutan terhadap sumberdaya alam dan monopoli terhadap resource tertentu oleh suatu Negara. Dalam kondisi tertentu suatu Negara sangat berkepentingan untuk menjaga eksistansinya dan mengawasi dengan ketat agar Negara lain berada dibawahnya. Kondisi ini umumnya terjadi antara Negara produsen dengan Negara konsumen dimana Negara produsen akan memonopoli semua hasil produksi untuk dijual kepada Negara konsumen dan akan menekan Negara konsumen tersebut jika sudah mulai berkembang kearah produsen dengan berbagai cara dan alasan.
Dalam konteks pembangunan masyarakat, konflik sering kali dipahami secara sempit sebagai hambatan yang harus dihindari. Padahal, apabila dimaknai secara lebih luas dan mendalam, konflik justru dapat menjadi indikator adanya dinamika sosial yang sehat. Perbedaan kepentingan, ideologi, dan nilai dalam suatu komunitas merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari, mengingat manusia adalah makhluk yang kompleks dan beragam.
Oleh karena itu, kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengelola konflik menjadi kompetensi penting dalam proses pembangunan. Tanpa pemahaman yang memadai terhadap akar dan jenis konflik, upaya penyelesaian justru berisiko menciptakan masalah baru yang lebih besar. Pendekatan resolusi konflik yang komprehensif tidak hanya berupaya mengakhiri perselisihan, tetapi juga membangun kesadaran kolektif untuk menciptakan harmoni sosial yang berkelanjutan.
Daftar Pustaka
https://www.pattacubsen.org/2024/03/jenis-jenis-konflik.html
https://www.pattacubsen.org/2021/09/memahami-konflik.html
Ekawarna, E. (2018). Manajemen konflik dan stres.