BANDA ACEH – Khairul Halim, seorang petani cabe di Desa Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, membagi-bagikan ‘cabe gratis’ kepada warga yang membutuhkan.
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk syukuran atas dikembalikannya uang wali murid oleh sejumlah madrasah dan sekolah negeri di Banda Aceh.
Halim, demikian ia biasa disapa, mendirikan stan kecil seperti foto booth di depan kebun miliknya, jalan bantalan Sungai Lamnyong atau depan sekolah Fatih Bilingual School, Desa Rukoh, Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Kamis 26 Juni 2025.
“Sebagai Rasa Syukur atas Dikembalikannya Uang Wali Murid dari Sekolah dan Madrasah di Kota Banda Aceh. Cabai gratis, ttd Khairul Halim (Petani Cabai). Ambil secukupnya.”
Begitu tulisan juga tertera di foto booth tersebut. Kemudian ada tiga kantong besar berisi cabai di depan stan tersebut yang berisi cabai merah dan cabai rawit.
Aksi ini menarik perhatian sejumlah warga yang melintas di sana.
“Lumayan sangat membantu. Daripada beli di kios, sudah bisa berhemat,” ujar Nurmala, 34 tahun, seorang ibu-ibu di Stan Cabai Gratis, Kamis siang, 26 Juni 2025.
“Terimakasih petani cabe,” ujar warga lainnya di sana.
Cabai gratis tersebut langsung ludes dalam beberapa jam.
Baik Nurmala maupun warga yang kebagian cabai gratis, mengaku mengikuti pemberitaan kasus kutipan uang pembangunan di sekolah dan madrasah di Banda Aceh. Kasus ini berakhir dengan kebijakan pemgembalian uang wali murid atas nama komite di sejumlah sekolah negeri dan madrasah di Banda Aceh.
Kutipan tadi terbongkar berawal dari tulisan unek-unek Khairul Halim di salah media social. Ia gagal menyekolahkan anaknya di salah satu madrasah di Banda Aceh karena biaya ‘Komite Sekolah’ yang relative tinggi.
Tulisan Khairul Halim mendapat respon dari para netizen dan wartawan. Kasus ini kemudian mendapat tanggapan dari berbagai pihak, termasuk DPRK Banda Aceh dan Ombudsman RI di Aceh.
Sejumlah komite sekolah yang terlanjur mengutip uang dari wali murid akhirnya harus mengembalikan dana tadi.
‘