BANDA ACEH – Sebanyak 28 calon pelatih kurikulum pengasuhan bagi orang tua di Aceh yang berasal dari provinsi dan 5 kabupaten/kota mendapatkan pelatihan lanjutan tentang penggunaan modul kurikulum pengasuhan “Menjadi Orang Tua Hebat” pada 18-21 November 2019 di Hotel Grand Mahoni, Banda Aceh.
Kegiatan ini dilaksanakan atas dukungan UNICEF bersama mitra kerja di Aceh, yaitu FLOWER Aceh dengan melibatkan peserta dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) KB/BKB baik tingkat provinsi maupun kabupaten dampingan UNICEF serta mitra pendukung layanan pengasuhan di Aceh, seperti PKK, KPPAA, dan Lembaga pemerhati anak lainnya.
“Pelatihan ini merupakan lanjutan dari pelatihan sebelumnya di bulan Juni 2019 yang berfokus pada hard skill, sementara pelatihan kali ini berfokus pada soft skill melalui pelatihan komunikasi antar pribadi (Interpersonal communication skill – IPC). Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas calon pelatih dalam memfasilitasi pelatihan jenjang berikutnya di level kabupaten dan desa dengan menggunakan kurikulum pengasuhan “Menjadi Orang Tua Hebat” dengan konteks Aceh. Selain itu para peserta juga akan terlibat dalam memfasilitasi dan mensupervisi layanan pengasuhan di daerah, baik di Bina Keluarga Balita (BKB), Posyandu, dan PKK,” ujar perwakilan UNICEF Aceh, Dhiana Anggraeni.
Dhiana dalam sambutannya mengatakan penguatan pola asuh menjadi salah satu cara mencegah terjadinya malnutrisi, khususnya stunting. Lebih lanjut berdasarkan studi yang diakukan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada Tahun 2017, menegaskan praktik pengasuhan yang kurang baik dalam keluarga juga memberikan kontribusi pada stunting. Berdasarkan hal tersebut, maka pola asuh, termasuk dengan melibatkan ayah dalam pengasuhan menjadi penting untuk dilakukan sebagai faktor pendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Sementara itu Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Drs Sahidal Kastri MPd, dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada penyelenggara karena Aceh telah memiliki buku pedoman “Menjadi Orang Tua Hebat” sehingga orang tua di Aceh bisa menciptakan generasi penerus yang berkualitas dan berkarakter.
Sahidal mengharapkan modul yang sudah disusun tersebut nantinya dapat disampaikan dengan baik melalui teknik komunikasi antar pribadi yang telah dipelajari dalam training ini. “Kalau ini kita lakukan, bukan saja stunting akan hilang di Aceh, tapi kita juga bisa membuat anak-anak Aceh berkualitas dan pada akhirnya menciptakan generasi gemilang di Aceh,” kata Sahidal.
Pada rangkaian pelatihan calon fasilitator “Kurikulum pengasuhan anak bagi orang tua di Aceh” sebelumnya, pihak penyelenggara juga turut melibatkan peserta yang sama dan telah melakukan uji coba modul pengasuhan tersebut bersama dengan tokoh adat dan tokoh agama terkait konten lokal Aceh.
Dengan terselenggaranya pelatihan ini diharapkan calon fasilitator tidak hanya mampu dalam memfasilitasi dan mensupervisi di lapangan, namun juga mampu mengadvokasi dinas terkait di wilayah masing-masing dalam upaya peningkatan akan pemahaman pengasuhan dan penanganan kasus stunting di Aceh.[]