DAYAH Abon Kota Fajar padat Sabtu malam. Sejumlah pimpinan dayah dan tokoh masyarakat dari berbagai pelosok, menggelar doa bersama. Termasuk Syech Fadhil dan Plt Bupati Aceh Selatan.
Dua sosok ini mendapat tempat kehormatan di ruang tengah. Ada juga ulama kharismatik lainnya di sana. Doa ini berlangsung hingga azan Isya berkumandang.
Dalam perjalanan pulang ke penginapan, Syech Fadhil kembali menerima pesan yang isinya bahwa salah seorangalumni timur tengah era 80-an yang juga ulama kharismatik di Kutacane, Aceh Tengah, tutup usia. Beliau berpulang saat kami dalam perjalanan di Sidikalang ke Subulussalam.
“Biet keuh hana mangat hatee. Lon pike peu yang kureng, ternyata tuho lon jak bak ngopnyan (patutlah tak enak hati. Saya pikir apa yang kurang, ternyata kita lupa berkunjung ke tempat beliau-red),” ujar Syech Fadhil.
Sosok ini sempat terdiam lama. Mungkin bimbang dan ingin kembali ke Kutacane untuk berkunjung ke rumah duka.
“Peu tabalek u Kutacane Syech?” tanya atjehwatch.com.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”
“Hana peu. Jan laen mantong. Ka telat,” ujarnya lagi.
Rombongan memutuskan untuk bermalam di Tapaktuan, kemudian pada Minggu paginya, melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama adalah menuju ke Alue Beuteung Brok, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
Desa ini berjarak sekitar 16 kilometer dari simpang PT Kalista Alam.
Perjuangan Ustadz Abdurrahman, alumni pesantren Hidayatullah, pondok pesantren ternama di tanah Jawa, yang mengabdi di pedalaman Nagan Raya, dengan mendirikan Yayasan Al Munawar Hidayatullah, turut mencuri perhatian Syech Fadhil. Yayasan ini memayungi TK, MIS serta pesantren dengan nama yang sama.
Konon lagi, Ustadz Abdurrahman yang merantau ke Aceh usai Tsunami, mengaku sangat ingin berjumpa dengan Syech Fadhil meski sebentar.
Rombongan ini tiba jelang Dhuhur. Ustadz Abdurrahman sendiri mengaku sangat senang dengan kehadiran Syech Fadhil di pesantren yang dipimpinnya itu.
Pesantren tersebut dibangun dalam kebun sawit. Ada beberapa bangunan baru yang dibangun oleh Badan Dayah Aceh melalui aspirasi Zainal Abidin, anggota DPR Aceh dari Fraksi PKS.
“Tetap semangat. Tak boleh menyerah,” ujar Syech Fadhil usai mendengar curhat Ustadz Abdurrahman.
Di akhir pertemuan, Syech Fadhil kembali menghadiahkan sejumlah kitab kepada Ustadz Abdurrahman.
Dari pesantren ini, rombongan kembali bersilaturahmi dengan sejumlah warga di kecamatan yang sama. Untuk setiap tempat yang dikunjungi, Syech Fadhil selalu menghadiahkan buku.
Ada sejumlah tempat yang disinggahi di Nagan Raya. Rombongan baru tiba di Aceh Barat, sore harinya.
Di Aceh Barat, rombongan ini singgah di Café Pante Keunangan untuk menikmati kopi tubruk. Sejumlah alumni Al-Azhar berkumpul di lokasi ini sehingga Syech Fadhil seakan menggelar reuni kecil-kecilan dengan para juniornya itu.
Tak puas dengan pertemuan di Pante Keunangan, para alumni timur tengah, kembali mengajak Syech Fadhil untuk bertemu Minggu malam di warung Kupi Atjeh, Meulaboh. Sejumlah alumni timur tengah asal Aceh Barat berkunjung. Mereka rata-rata menjadi dosen dan pimpinan dayah di Aceh Barat.
Pertemuan berlangsung hingga tengah malam. Rombongan ini kembali memutuskan menginap di salah satu penginapan dalam kota Meulaboh.
Senin pagi, Syech Fadhil berkunjung ke STAIN Meulaboh. Jajaran kampus setempat menyambut kedatangan senator muda ini dengan hangat.
Banyak masukan yang tercatat selama pertemuan ini berlangsung. Salah satunya, keinginan dari ketua STAIN Meulaboh yang ingin agar sekolah tinggi itu menjadi Al Azhar-nya Aceh untuk Barsela.
Kegiatan di STAIN Meulaboh berlangsung hingga setengah hari. Akibatnya, sejumlah jadwal untuk pertemuan lain, terpaksa batal.
Usai Dhuhur, perjalanan diteruskan ke Panton Reu. Perjalanan ke daerah ini memakan waktu 40 menit perjalanan.
Salah satu dayah yang dikunjungi adalah Dayah Inabah yang dipimpin oleh Teungku Zainal Abidin, adik angkatannya Ustad Fadhil di Al Azhar Mesir.
Dari dayah ini, Syech Fadhil dan rombongan bergerak ke Mugo Rayeuk. Lokasi dimana Alquran berusia 700 tahun dikhadamkan.
Lokasi ini merupakan titik akhir dari reses panjang Syech Fadhil di Gayo-Alas hingga barat selatan Aceh.
Namun dalam perjalanan pulang, rombongan ini tetap saja mampir di setiap titik yang diminta oleh eks timnya semasa Pileg berlangsung.
Rombongan baru tiba di Banda Aceh pada Senin malam.
[Selesai]