NEW YORK CITY – PBB menangguhkan dua stafnya karena terlibat adegan di dalam mobil dinas yang melaju di Tel Aviv, Israel. Skandal asusila ini terungkap setelah video adegan itu viral di media sosial pekan lalu.
Dalam video 18 detik, seorang perempuan berbaju merah terlihat melakukan tindakan asusila dengan seorang pria di kursi belakang mobil dinas PBB warna putih. Seorang pria lain terlihat tertidur di kursi penumpang.
Video itu dibagikan secara luas di media sosial pada hari Jumat pekan lalu. Tidak ada satu pun wajah penumpang di mobil yang terlihat.
Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengatakan kepada The Times of Israel bahwa Kantor Layanan Pengawasan Internal PBB telah menemukan dalam penyelidikan bahwa dua pria anggota staf yang berada di mobil dinas di Tel Aviv telah diidentifikasi terlibat dalam pelanggaran, termasuk perilaku yang bersifat seksual.
“Mengingat keseriusan tuduhan gagal mematuhi standar perilaku yang diharapkan dari pegawai negeri sipil internasional, kedua anggota staf telah ditempatkan pada cuti administratif tanpa bayaran, sambil menunggu hasil dan kesimpulan dari penyelidikan OIOS yang sedang berlangsung,” kata Dujarric, yang dilansir Jumat (3/7/2020).
Para staf berasal dari Organisasi Pengawasan Gencatan Senjata PBB (UNTSO), organisasi yang beranggotakan pasukan penjaga perdamaian yang didirikan pada tahun 1948 dan berpusat di Yerusalem.
Dujarric mengatakan UNTSO mengadakan kampanye kesadaran untuk personelnya tentang kode perilaku organisasi dalam menanggapi insiden tersebut.
Setelah video itu viral pekan lalu, Dujarric mengatakan; “Kami shock dan sangat terganggu dengan apa yang dilihat di video.”
“Perilaku yang terlihat di dalamnya menjijikkan dan bertentangan dengan semua yang kita perjuangkan dan telah bekerja untuk mencapai dalam hal memerangi pelanggaran oleh staf PBB,” katanya.
PBB mempertahankan peraturan ketat yang melarang pelanggaran seksual oleh staf dan telah dikecam karena pelanggaran dalam beberapa tahun terakhir.
Sebuah laporan oleh PBB mengonfirmasi 175 tuduhan eksploitasi seksual dan pelecehan oleh staf pada tahun 2019. Enam belas klaim dibuktikan, lima belas ditemukan tidak berdasar, dan sisanya sedang diselidiki.