Jakarta – Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono menyatakan pemerintah telah menyiapkan berbagai proyeksi dan skenario ekstrem yang mungkin terjadi pada ekonomi Indonesia akibat tekanan pandemi virus corona atau covid-19. Berbagai skenario itu juga dilengkapi dengan berbagai opsi kebijakan yang harus diambil.
“Termasuk simulasinya kalau terjadi opsi satu, dua, tiga, opsi kalau ada ekstrem mau seperti apa, pemerintah selalu siap siaga untuk antisipasi setiap dinamika yang terjadi,” ucap Susi, sapaan akrabnya, saat konferensi pers virtual, Rabu (5/8).
Kendati begitu, Susi belum bisa membagi seperti apa saja skenario dan opsi kebijakan baru yang sudah dibuat oleh pemerintah. Sebab, ia mengatakan skenario ini harus disesuaikan lagi dengan data-data ekonomi terbaru.
Salah satunya realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi 5,32 persen pada kuartal II 2020. Sementara secara kuartalan, ekonomi nasional terkontraksi 4,19 persen pada periode yang sama.
“Jujur dengan angka minus 5,32 persen, kami sedang menyesuaikan beberapa indikator makroekonomi dan sektoral terkait dengan hasil kuartal II, karena otomatis kami lakukan pembahasan detail lagi,” katanya.
Hanya saja, Susi memastikan pemerintah akan terus berupaya agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dijaga ke depan. Sebab, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar Indonesia tidak masuk dalam jurang resesi pada kuartal III 2020.
Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal II, Indonesia sudah tumbuh negatif, bila kuartal III juga negatif, maka resesi terjadi.
“Yang jelas arahan Bapak Presiden tadi, kita diminta secara target agar mencegah resesi. Artinya kuartal III sebisa mungkin tidak minus growth atau negatif,” tuturnya.
Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede menambahkan komite turut berupaya agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dijaga agar tetap positif sampai akhir tahun.
“Kami harus cegah resesi, negative growth, artinya kalau bisa mendapatkan pertumbuhan ekonomi 0,1 persen atau bahkan nol persen saja itu harus didapatkan. Kalau full year nol persen, itu sudah lebih bagus daripada negara lain,” kata Raden pada kesempatan yang sama.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kompak memperkirakan ekonomi Tanah Air akan tumbuh nol persen pada 2020. Namun, hal itu terjadi karena pertumbuhan ekonomi kuartal II diperkirakan minus 4,3 persen.
Sayangnya, realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II justru jatuh lebih dalam mencapai minus 5,32 persen. Artinya, peluang pertumbuhan ekonomi 2020 yang lebih rendah terbuka.
Airlangga sendiri sempat memperkirakan ekonomi akan minus 1 persen pada kuartal III 2020, sehingga Indonesia berpeluang masuk jurang resesi pada periode tersebut.