“Beliau orang baik.”
Begitu kalimat pembuka dari Syech Fadhil, pria muda yang kini menjabat sebagai senator muda DPD RI asal Aceh.
Syech Fadhil mengaku amat berduka. Ini karena sosok yang selama ini dekat dengannya meninggal dunia pada Jumat sore. Sosok itu adalah Drs. Qusayin Ali MA, dosen UIN Arraniry. Konon ia terpapar Corona dan selama ini menjalani perawatan di RSUD Meuraksa.
Syech Fadhil memiliki cerita tersendiri tentang almarhum.
“Ketemu pertama ketika mau test beasiswa ke Univ. Alazhar Mesir, tahun 1996, sekitar bulan Juli, kalo tidak salah. Setelah ikut test masuk IAIN, saya awalnya tidak tertarik ikut tes ke Mesir karena tidak pede, dan karena sudah ada tujuan lain untuk kuliah, Surabaya,” tulis Syech Fadhil.
“Tapi atas dorongan Dr. Agustin Hanafi dan Dr. Bukhari Ali, yang sudah duluan mendaftar, akhirnya saya mendaftar.”
“Sayang kali NEM (Nilai Evaluasi Murni) ente tinggi gak ikut test. Begitu kira-kira rayu mereka.”
Syech Fadhil bercerita, ia kemudian diantar ke LDC IAIN (Language Devolepment Center). Dulu berada di komplek pascasarjana UIN sekarang. Tepatnya di depan asrama pasca.
“Yang menerima kami adalah Qusaiyen Aly. Rupanya hari kami datang sudah telat untuk daftar. “
“Mohon maaf, pendaftaran udah ditutup kemaren, ” kata beliau santun.
Mendengar jawaban tersebut, Syech Fadhil mengaku langsung mengajak kedua sahabat saya untuk pulang, dan melupakan ikut test. Tapi anehnya, Bukhari dan Agustin tidak mau. Malah merayu almarhum Ustadz Qusaiyen Aly untuk tetap menerima dirinya.
“Macam jurus dikeluarkan agar menerima walau sudah terlambat atau tutup. NEM saya yang tinggi (katanya-red) juga diperlihatkan. Saya cuma nonton aja, gak ada beban, sama sekali. Karena Mesir bagi saya hal yang mendekati mustahil, secara kemampuan keilmuan, apalagi finansial.”
“Namun luar biasa, kegigihan dan ketulusan dua teman saya dalam membantu bertemu dengan ketulusan dan kebaikan ustadz Qusaiyen Aly II. Akhirnya saya diterima sebagai peserta yang ke 28 waktu itu,” cerita Syech Fadhil.
“Besoknya ujian, tanpa beban saya ikut test tulis dan wawancara. Setelah ikut test, saya gak mikir lulus dan pulang ke Bireuen untuk siap-siap ke Surabaya. Beberapa hari setelah itu, diluar dugaan, suatu malam saya ditelpon oleh Dr. Bukhari memberi tahu saya lulus.
“Kamo hana luloh. Droekeuh lulus, urutan teratas dari 6 droe. Kajak u banda daftar ulang,” ujar Syech Fadhil mengulang kata-kata Bukhari saat itu.
“Diseberang telepon, saya tidak percaya. Serius, saya tidak percaya. Saya tetap lanjut persiapan ke Surabaya,” ujar Syech Fadhil lagi.
Menurutnya, karena tidak ada tanda-tanda ke Banda Aceh untuk daftar ulang, beberapa hari kemudian, telepon rumah Syech Fadhil berdering lagi.
“Yang angkat almarhumah mamak saya. ENTAH kenapa hari itu mamak saya almarhumah pulang sekolah/ngajar lebih cepat. Sekitar jam 10 atau 11. Padahal biasanya buguru MIN Cot Meurak pulang jam 1 siang paling cepat.”
Setelah tutup telepon, Syech Fadhil melihat orang tuanya itu menangis.
“Paken buk?” tanya Syech Fadhil saat itu.
Syech Fadhil mengaku manggilnya ibu, karena status ibunya seorang guru.
“Paken nyanyak hana peugah ikot test u Alazhar dan paken hana peugah meunyoe luloh?” kejar beliau.
“So peugah nyan? Hana beutoi nyan, “jawab Syech Fadhil kekeuh.
“Yang nelpon saknyoe Ust. Qusaiyen, panitia dari IAIN,” jawab Sang Ibu saat itu.
“Kakeuh, setelah itu daftar ulang, dan seterusnya,” akhir cerita Syech Fadhil soal ustad Qusaiyen Aly.
“Satu Kenangan indah dengan almarhum ustadz Qusaiyen diantara banyak kenangan yang laen. Baik ketika beliau ikut Daurah Bahasa Arab di Mesir tahun 2003 dan lebih-lebih sebagai salah satu penasehat IKAT ketika saya menjadi ketua dan setelahnya. 2012 hingga kini. Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu ‘anhu.”
Kabar meninggalnya ustadz Qusaiyen sendiri diberitahu oleh abang kandung almarhum melalui akun Facebook miliknya.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun, telah meninggal dunia hari ini tgl 28-08-2020 jam 18 50 adik kandung saya Drs. Qusayin Ali MA dosen UIN Arraniry di rumah sakit Meraxa (msh menunggu swab covid19,) mohon doa agar arwah ybs. diterima disisi Allah hendaknya,” tulis Shalahuddin Alfata di akun Facebook miliknya, Jumat sore 28 Agustus 2020.