Aceh- Ganja VS Coronavirus, kedua hal tersebut adalah dua hal yang sangat berbeda. Satu adalah tumbuhan yang tumbuh secara alami, satu lagi sebuah virus yang diakui kuat adalah buatan manusia, yang satu tidak membunuh dan yang satunya lagi katanya bisa mematikan bila terpapar.
Sebelum saya menuliskan lebih banyak tentang Ganja VS Coronavirus, ada hal yang menjadikan keduanya serupa yaitu sama-sama “ditakuti”. Penyebab kedua hal tersebut ditakuti dikalangan masyarakat luas adalah Ganja dipandang sebagai Narkoba klas 1 (UU Narkotika No.35 tahun 2009) dan Corona sebagai virus yang mematikan.
Mari sedikit kita memutar cara pandang kita, pernahkan anda takut terhadap syaitan?? upppss,, bukan saya tapi syaitan.. hehe,, ya,, sebagian kita takut syaitan, apalagi kesendirian dalam keadaan gelap di malam hari, ditambah dengan mitos malam jum’at. mungkin ini hanya berlaku kepada yang takut saja, kelanjutannya yang takut itu di bagi 2, takut saat sendiri dan hilang rasa takut saat bersama.
orang yang takut akan menutupi ketakutannya saat bersama agar terlihat berani, bisa jadi lama-lama dia akan terbiasa dan berani dengan sedirinya.
Ada juga orang yang tidak takut,ketidaktakutannya bisa jadi tidak takut tapi percaya, ada yang tidak takut tidak percaya. jadi begini, maksud saya bahwa perilaku di atas yang menjadikan alam bawah sadar kita bahwa sesuatu yang kita yakini ada menjadi ada dan sebaliknya.
Dengan demikian manusia saling mempengaruhi dan dipengaruhi, bahayanya adalah ketika banyak orang takut dan menutupi ketakutannya dengan mempengaruhi orang yang tidak takut, atau orang tidak takut mempengaruhi orang yang berani bila bersama, hal ini akan menyebabkan kepada ketidak percayaan, sedangkan hal tersebut ada.
Demikian juga dengan coronavirus, dia ada tapi tidak terlihat, jadi sebenarnya tidak perlu takut. Seharusnya kita hanya perlu menyakini keberadaan sesuatu yang tidak nampak sebagai orang yang beriman, dan tidak apatis terhadap hal-hal yang demikian dengan cara tetap melaksanakan protokol kesehatan sebagaimana yang dianjurkan pemerintah. begitu juga dengan tanaman ganja, yang tentu Allah SWT telah jadikan sebagai pendamping tanaman lainnya dan sebagai tanaman obat yang telah diyakini oleh masyarakat diberbagai peradaban.
Ditengah kehidupan yang memudahkan kita mendapatkan akses informasi luas, menjadikan kita manusia dengan pola pikir yang majemuk namun demikian hendaknya kita selalu berpikir positf dan selalu berpegang kepada yang benar.
Kembali kepada Ganja VS coronavirus, ada apa dengan keduanya. kembali seperti yang saya katakan bahwa keduanya adalah sama-sama menjadi hal yang “ditakuti”. namun demikian, baru-baru ini Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo pada awal Februari 2020 telah menetapkan ganja sebagai tanaman Obat dan secara berbeda pada awal Maret Pakar Kimia Alam Prof. Dr. Musri Musman M.Sc meyakini bawa “kandungan Cannabidiol (CBD) dalam ganja yang sudah diekstrak menjadi minyak, berpotensi dapat menangkal virus Corona yang menyebar di dalam tubuh manusia”. kedua hal ini adalah seperti gayung bersambut, dimana dukungan Pemerintah ada, dan kesanggupan dari Peneliti yang notaben nya berada di tanah yang subur tanaman Ganja.
ini tentu menjadi sebuah hal yang baik bagi pemerintah Indonesia. Meski demikian pada waktu yang tidak jauh berselang Badan Narkotika Nasional seperti tidak menyetujui bila tanaman ini dapat dimanfaatkan secara benar. Saya pribadi menjadi pertanyaan besar, “Mengapa BNN tidak Setuju?” mungkin setiap orang punya jawabn tentang hal ini dari perspektif masing-masing.
Indonesia adalah Negara yang berdaulat, Masyarakat harus menadapatkan kebenaran atas keilmuan yang dapat dipercaya dengan memberikan Izin Penelitian kepada Universitas terkemuka di Aceh, khususnya kepada Universitas Syiah Kuala sebagai Jantung Hati Rakyat Aceh.
Penulis: Saifan Asnawi Ketua Yayasan Kana Rumoh Edukasi Sativa (KRUSIVA)