BANDA ACEH—Festival Ratoh Jaroe 2021 berakhir pada Sabtu malam 11 September 2021. Atraksi seni budaya Aceh ini berhasil menyapa masyarakat internasional melalui kanal YouTube Disbudpar Aceh dan beberapa platform media sosial lainnya.
Pelaksanaan event Festival Ratoh Jaroe 2021 merupakan salah satu upaya Pemerintah Aceh dalam melestarikan dan mengembangkan aset Budaya Tak Benda Aceh, yang mengandung kearifan lokal sebagai identitas daerah bernilai tinggi.
“Selain sisi ekonomi, kita harapkan event ini dapat menjadi sarana optimalisasi diri pelaku seni tari, peningkatan kualitas penampilan, keberlanjutan, dan pembinaan berkesenian,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin SE, MSi, Ak, saat menutup Festival Tari Ratoh Jaroe 2021 di Grand Hotel Permata Hati Banda Aceh.
Festival Ratoh Jaroe 2021 yang memperebutkan Piala Gubernur Aceh digelar secara virtual melalui kanal YouTube Disbudpar Aceh.
Dari 10 group yang lolos ke babak final, Grop Ratoh Jaroe Kana Art asal Sabang berhasil keluar sebagai juara pertama. Sementara juara dua diraih Budaya Aceh Nusantara asal Banda Aceh dan juara ketiga diraih Grop Ratoh Jaroe Geunta Nanggroe asal Banda Aceh. Sedangkan untuk juara harapan masing-masing diraih Dance Kilometer Nol asal Sabang, Keumala Intan asal Banda Aceh, dan Juang Art Community asal Bireuen.
“Kegiatan ini untuk menumbuhkan semangat solidaritas, persatuan dan kesatuan bangsa di kalangan pecinta seni dan generasi muda, serta dalam upaya melestarikan tarian seni budaya nasional asla Aceh,” kata Jamaluddin.
Kabid Bahasa dan Seni Disbudpar Aceh, Nurlaila Hamjah menambahkan, ada 10 grup tari terbaik yang lolos ke babak final Festival Ratoh Jaroe 2021. Para finalis tersebut yakni Budaya Aceh Nusantara dari Kota Banda Aceh, Prodi Tari ISBI Aceh (Kabupaten Aceh Besar), Cut Mutia Meuligo (Kabupaten Aceh Utara), Dance Kilo Meter 0 (Kota Sabang), dan Keumala Intan (Kota Banda Aceh).
Berikutnya Mirah Delima dari Kabupaten Bireuen, Geunta Nanggroe (Kota Banda Aceh), Juang Art Community (Kabupaten Bireuen), Heritage (Kota Banda Aceh), dan Grup Tari Kana Art dari Kota Sabang.
Selain memperebutkan Piala Gubernur Aceh, festival ini menyediakan hadiah uang tunai dengan total sebesar Rp36,5 juta plus plakat dan piagam penghargaan. Untuk juara pertama mendapatkan uang pembinaan Rp10 juta, juara kedua Rp8,5 juta, dan juara ketiga Rp7 juta.
Selanjutnya juara harapan pertama mendapatkan Rp5,5 juta, harapan kedua Rp3,5 juta, dan juara harapan ketiga Rp2 juta. Rangkaian hadiah uang tunai tersebut dipotong pajak.
“Festival Ratoh Jaroe 2021 mengusung tema Keindahan Seni Aceh. Tema ini diangkat karena Ratoh Jaroe juga merupakan salah satu keindahan seni tari yang ada di Aceh yang sudah mendunia, sama seperti tari Saman,” ujar Nurlaila Hamjah.
Nurlaila menjelaskan, tim penilai Festival Ratoh Jaroe 2021 melebatkan lama orang juri. Empat juri dari Aceh yaitu Khairul Anwar, Sabri Gusmail, Yusri Sulaiman Asyek, dan Jamal Abdullah serta serta juri dari Jakarta yakni Yusri Saleh yang digelari sebagai ‘The King of Ratoeh Jaroe.’
Menurut Yusri Saleh, satu group tari terdiri dari 10 sampai 20 penari perempuan, mengingat tari Ratoh Jaroe ini memang dikhususkan buat perempuan, dimana para penarinya diiringi oleh 2 pengiring dengan menggunakan rapai.
“Kriteria penilaiannya meliputi rukun, kualitas gerak, iringan musik, tata rias dan busana, kreativitas atau inovasi, dan penyajian karya,” terang Yusri, seniman yang akrab disapa Dek Gam ini.
Seniman bergelar ‘The King of Ratoh Jaroe’ ini melihat tarian tradisional ini semakin diminati kalangan muda Aceh.
“Sebagai dewan juri, saya melihat perkembangan Ratoh Jaroe sudah sangat menggairahkan di Aceh, terutama mulai digemari para pelajar tingkat SLTP dan SLTA. Banyak sekolah yang sudah membentuk grup tari ratoh jaroe,” katanya.
Dek Gam menyebutkan, Ratoh Jaroe merupakan gerakan tari yang mengkombinasikan beberapa tari duduk yang ada di Aceh dan dijadikan sebuah tari kreasi yang kekinian.
“Penamaan Ratoh Jaroe berasal dari kata ‘ratoh’ yang artinya berdzikir dan ‘jaroe’ yang artinya tangan. Penggabungan keduanya bisa diterjemahkan sebagai berdzikir sambil memainkan gerak tangan atau menari,” ungkapnya.
Tari Ratoh Jaroe merepresentasikan semangat dan keanggunan perempuan Aceh yang terkenal tangguh sejak dahulu. Pemberani, pantang menyerah, pantang mundur, militan, dan sangat kompak antara satu dengan lainnya. Sedangkan gerakan di dalam tarian Ratoh Jaroe berangkat dari unsur kebersamaan dan kekompakan yang didominasi oleh kombinasi gerakan tangan serta badan.
“Harapan saya ke depan, lebih banyak lagi sanggar atau sekolah yang mempelajarinya agar bisa bersaing di tingkat nasional. Sebab, kini di ibukota tari Ratoh Jaroe merupakan tarian favorit bagi pelajar Jakarta. Selain itu tari Ratoh Jaroe juga telah mendapat HAKI atau hak kekayaan intelektual dari pemerintah,” kata Yusri Saleh.[]