Jakarta – Sebuah Pengadilan San Salvador di El Salvador pada Jumat, 11 Maret 2022, memerintahkan penahanan sementara pada mantan Presiden El Salvador Alfredo Cristiani atas dugaan keterlibatannya dalam menutup-nutupi pembunuhan enam imam Yesuit dan dua staf mereka. Pembunuhan itu terjadi saat El Salvador mengalami perang sipil pada 1980-an.
Jaksa penuntut menuduh Cristiani gagal menghentikan dan membantu mengungkap pembunuhan para imam Yesuit itu oleh tentara El Salvador. Dua staf para imam yang ikut dibunuh itu adalah asisten rumah tangga mereka dan putrinya. Pembunuhan terjadi di kampus Central American University pada dini hari 16 November 1989.
Cristiani memimpin El Salvador pada 1989 – 1994. Lewat putusan pengadilan itu, maka Cristian bisa ditahan setidaknya sampai tiga bulan.
Cristiani menyangkal tuduhan yang diarahkan padanya lewat sepucuk surat yang diunggah oleh putrinya Claudi ke Twitter.
“Jaksa Agung dengan itikad buruk dan dengan jelas mengabaikan kebenaran, secara terbuka telah menuduh saya tidak melakukan apa-apa atau menutup-nutupi sesuatu. Kebenarannya adalah saya tidak pernah tahu rencana-rencana yang mereka (para pembunuh) susun pada pembunuhan itu,” kata Cristiani dalam suratnya.
Dari total enam imam yang dibunuh itu, lima orang berasal dari Spanyol. Pembunuhan pada para pemuka agama itu, tercatat salah satu yang terkejam dalam perang sipil di El Salvador. Sejumlah pejabat tinggi di militer El Salvador, sudah disidangkan atas kasus ini.
El Salvador di kecamuk perang sipil pada 1980 – 1992 antara tentara El Salvador dengan geriliawan Marxist. Peristiwa ini menewaskan 75 orang dan 8 ribu orang hilang.