Gelombang kedatangan kapal milik warga Rohingya ke Aceh kian akrab selama beberapa tahun terakhir. Dari awalnya, dielus dan disayang-sayang, kini mulai menyisakan sejumlah tanda tanya besar bagi sejumlah kalangan.
Benarkah mereka terdampar berulangkali di Aceh atau jangan jangan mereka memang sengaja menjadikan Aceh sebagai tujuan pendaratan? Karena dalam banyak kasus, usai dibantu dan didata oleh petugas UHNCR, sebuah organisasi di bawah PBB yang menangani pengungsi luar negeri, para Rohingya ini kemudian malah melarikan diri keluar Aceh.
Terlepas dari sisi kemanusiaan yang memang harus ditolong, tapi serangkaian kebetulan-kebetulan yang sedang terjadi Aceh menarik untuk dikupas.
Ya, hingga kini, sejumlah media massa ternama dan online masih menulis bahwa para Rohingya ini tersebut terdampar ke Aceh.
Termasuk media ini.
Mereka dideskripsikan terkantung-kantung di laut, mesin boat rusak hingga akhirnya di bawa arus ke daratan Aceh serta ditarik oleh nelayan dan warga Aceh untuk diberi pertolongan.
Pertanyaannya, benarkah kejadian dengan alur yang sama terus terulang? Kebetulan-kebetulan yang terus menimpa Aceh untuk ditakdirkan menerima perahu terdampar yang dipakai Rohingya? Atau jangan-jangan ada scenario besar dari pihak-pihak tertentu yang memang sengaja mengarahkan Rohingya ke Aceh dengan memanfaatkan ‘iba’ dari masyarakat Aceh yang terkenal baik dan gampang tersentuh hatinya melihat saudara seiman menderita.
Mungkinkah ada sindikat yang sengaja menjadikan Aceh sebagai lokasi transit bagi Rohingya, sebelumnya akhirnya dibawa kabur satu persatu.
Mudahnya penerimaan masyarakat serta longgarnya pengawasan Rohingya di tempat pengungsian menjadi faktor pendukung terkait asumsi ini.
Asumsi ini mungkin perlu dibedah. Di sisi lain, Rohingya yang sudah berada di Aceh juga perlu dibantu se-manusia mungkin.
Kemudian, pihak aparat keamanan juga perlu bersikap tegas agar pihak-pihak yang bermain-main dengan nyawa para saudara seiman dari Rohingya tak terus menumpuk untung di atas kebaikan warga di Aceh.
Aparat keamanan perlu memperketat pengawasan Rohingya selama di pengungsian. Kemudian juga menindak dugaan adanya sindikat perdagangan manusia.
Sikap tegas ini penting agar kedepan kasus yang sama terus terulang. Imbasnya, kemudian masyarakat tak lagi peduli terhadap sesama atas dasar kemanusiaan dan meruntuhkan wajah Aceh itu sendiri. Masyarakat tak lagi menolong karena asumsi liar tadi ternyata benar adanya.