Jakarta – PBB mengecam ledakan alat komunikasi pager dan walkie talkie di Lebanon yang menewaskan sedikitnya 37 orang. Mereka menilai kejadian tersebut bisa menjadi kejahatan perang karena menyebarkan teror di warga sipil.
Ledakan itu menewaskan sedikitnya 37 orang dan melukai hampir 3.000 orang pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9) karena menargetkan perangkat komunikasi yang digunakan kelompok Hizbullah.
Pager dan walkie-talkie meledak saat penggunanya berbelanja di supermarket, berjalan di jalan, dan menghadiri pemakaman, sehingga membuat negara itu panik.
“Hukum humaniter internasional melarang penggunaan perangkat jebakan dalam bentuk benda portabel yang terlihat tidak berbahaya,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk kepada Dewan Keamanan selama sesi darurat mengenai Lebanon yang diminta oleh Aljazair.
“Itu merupakan kejahatan perang untuk melakukan kekerasan yang menyebarkan teror di antara warga sipil,” tuturnya seperti diberitakan AFP, Sabtu (21/9).
Volker Turk juga mengatakan perlu penyelidikan yang independen, teliti, dan transparan terkait ledakan tersebut.
“Saya terkejut dengan luasnya dan dampak serangan itu,” kata Turk.
“Serangan-serangan ini merupakan perkembangan baru dalam peperangan, di mana alat komunikasi menjadi senjata,” tambahnya. “Ini tidak bisa menjadi hal yang biasa.”
Pihak berwenang Lebanon menyalahkan Israel atas serangan itu dan mengatakan perangkat yang menjadi sasaran telah dipasangi bom sebelum memasuki negara itu.
Hizbullah bersumpah membalas dendam dan meluncurkan penyelidikan internalnya sendiri atas ledakan tersebut.
Di hadapan DK PBB, diplomat utama Lebanon Abdallah Bou Habib menyebut serangan itu sebagai metode peperangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kebrutalan dan terornya.
“Israel, melalui agresi teroris ini telah melanggar prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional,” katanya, menyebut Israel sebagai “negara jahat.”
Israel belum mengomentari ledakan perangkat itu tetapi mengatakan akan memperluas cakupan perangnya di Gaza hingga mencakup garis depan Lebanon.
“Saya dapat memberi tahu Anda bahwa kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk menargetkan para teroris itu,” jawab duta besar Israel untuk PBB Danny Danon pada Jumat (20/9) ketika ditanya ledakan bom tersebut.
Berbicara di Dewan Keamanan, Danon mengatakan Israel akan melakukan “apa pun yang diperlukan” untuk memulihkan keamanan di wilayah utara.
“Jika Hizbullah tidak mundur dari perbatasan kami, melalui upaya diplomatik, Israel tidak akan punya pilihan selain menggunakan cara apa pun yang sesuai dengan hak kami,” katanya.
Melihat eskalasi di perbatasan Lebanon dan Israel, Stephane Dujarric selaku juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan penahanan diri maksimum dari semua pihak.