Oleh Audy Safalas. Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Organisasi diartikan sebagai suatu kesatuan atau susunan yang terdiri atas orang-orang dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi sering kali didefinisikan sebagi bentuk suatu persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuannya.
Organisasi mahasiswa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kampus selama beberapa dekade. Dalam organisasi ini, mahsiswa belajar kepemimpinan, bekerja sama, dan menyuarakan aspirasi yang sering kali tidak terdengar dalam sistem fromal perkuliahan. Namun ditengah pesatnya perkembangan teknologi, perubahan gaya hidup, dan tekanan akademik yang semakin tinggi, masihkah organisasi mahsiswa relevan dalam era perkuliahan?
Dinamika Baru dalam Dunia Perkuliahan
Perubahan teknologi telah mengubah cara mahasiswa belajar dan berinteraksi. Platform daring memungkinkan mahasiswa mengikuti perkuliahan dari mana saja, tanpa perlu tatap muka. Berbagai aplikasi menyediakan materi pembelajaran, diskusi, hingga simulasi, menggantikan sebagian besar interaksi langsung diluar kelas maupun di lingkungan kampus.
Di sisi lain, kehidupan kampus juga semakin dipengaruhi oleh tuntutan akademik yang tinggi dan kebutuhan mahsiswa untuk segera merintis kariernya melalui volunteering, magang ataupun pekerjaan paruh waktu.
Kondisi ini membuat mahasiswa kehingan daya tariknya terhadap organisasi dan cenderung memproritaskan hal-hal yang dianggap “langsung produktif’ untuk karier mereka. Mahasiswa lebih memilih kegiatan yang memberikan hasil instan dibangdingkan berproses dalam organisasi yang membutuhkan komitmen waktu dan tenaga.
Mengapa Organisasi Mahasiswa Tetap Relevan?
Organisasi mahasiswa merupakan laboratorium sosial yang memungkinkan anggotanya mengasah keterampilan komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu, dan kerja tim. Keterampilan ini tidak selalu diajarkan di ruang kelas, namun nyatanya sangat penting di dunia kerja.
Di organisasi mahsiswa belajar berhadapan dengan berbagai macam karakter, menyelesaikan konflik, dan mengambil keputusan strategis yang akan menjadi bekal penting di masa depan.
Di tengah kurikulum yang sering kali terfokus pada teori, organisasi mahasiswa memberikan ruang untuk berfikir kritis dan kreatif. Diskusi, debat, hingga kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan di organisasi mahsiswa melatih anggotanya untuk menganalisis masalah dari berbagai sudut pandang, mencari solusi, dan mewujudkan dalam tindakan nyata.
Organisasi mahasiswa seringkali menjadi suara kolektif mahasiswa dalam menyikapi kebijakan kampus, isu sosial, hingga persoalan nasional. Peran advokasi ini tidak dapat digantikan oleh teknologi atau media sosial saja, karena legitimasi yang lebih kuat untuk menyuarakan aspirasi.
Bergabung dalam organisasi mahsiswa membuka kesempatan untuk membangun relasi dengan sesama mahasiswa, alumni, hingga profesional di berbagai bidang. Jaringan ini tidak hanya bermanfaat secara akademik atau karier, tetapi juga memberikan dukungan emosional dan mental.
Tantangan yang Dihadapi
Namun, tidak dapat disangkal bahwa organisasi mahasiswa menghadapi tantangan yang besar dalam mempertahankan relevansinya.
Media sosial dan platform digital memberikan ruang alternatif bagi mahsiswa untuk berkumpul, berdiskusi, atau menyuarakann pendapat. Organisasi mahasiwa harus mampu bersaing dengan dinamika ini, dengan menghadirkan kegiatan yang lebih inovatif dan interaktif sehingga menarik banyak peminat.
Mahasiswa saat ini cenderung disibukkan dengan tugas akademik, magang dan kegiatan lainnya. Organisasi mahasiswa perlu menyesuaikan diri dengan menciptakan sistem yang fleksibel dan tidak terlalu membebani anggotanya.
Program kerja yang monoton dan tidak relevan dengan kebutuhan mahasiswa saat ini menjadi salah satu alasan organisasi sulit menarik anggota baru. Organisasi mahsiswa perlu merancang kegiatan yang lebih menarik, relevan, dan memberikan manfaat langsung kepada anggotanya.
Beberapa organisasi mahasiswa juga menghadapi keterbatasan sumber daya, seperti pendanaan, fasilitas, dan dukungan dari pihak kampus. Hal ini menjadi hambatan besar bagi organisasi tersebut untuk berkembang.
Menghidupkan Kembali Relevansi
Di tengah dinamika perkuliahan modern yang semakin kompleks peran organisasi mahasiswa seringkali dipertanyakan. Banyak yang menganggap dengan kehadiran teknologi, tekanan akademik, dan perubahan prioritas mahasiswa telah melengser fungsi dari organisasi tersebut.
Namun, di balik perubahan tersebut, organisasi mahasiswa tetap memiliki posisi strategis sebagai wadah yang tak tergantikan untuk pembentukan karakter, pengembangan keterampilan, dan penyampaian aspirasi. Agar tetap relevan, organisasi mahasiwa perlu beradaptasi dengan dinamika zaman yang terus berjalan.
Organisasi mahasiswa harus memanfaatkan teknologi untuk memperluas jangkauan dan efektivitas kegiatan seperti mengadakan diskusi daring, membuat konten edukasi di media sosial, atau menciptakan platform online.
Program kerja juga harus disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa saat ini, seperti pelatihan keterampilan digital, seminar karier, hingga kegiatan yang mendukung kesehatan mental.
Untuk mengatasi keterbatasan mahsiswa, organisasi dapat menciptakan sistem keanggotan yang lebih fleksibel, seperti pembagian tugas berbasis proyek atau kegiatan yang tidak memerlukan kehadiran fisik secara penuh.
Organisasi mahasiswa dapat meningkatkan daya tariknya melalui bekerja sama dengan alumni, profesional, atau institusi eksternal. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas program, tetapi juga memberikan kesempatan untuk belajar pengalaman baru bagi anggotanya.
Organisasi mahasiswa adalah elemen penting dalam pembentukan karakter, keterampilan, dan jaringan mahasiswa. Meskipun menghadapi tantangan besar di era modern, organisasi mahasiswa tetap relevan jika mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman.
Keberlanjutan organisasi mahasiswa tidak hanya bergantung pada semangat anggotanya, tetapi juga pada inovasi yang diterapkan untuk menjawab tantangan. Jika dikelola dengan baik, organisasi mahasiswa akan tetap menjadi ruang belajar yang tergantikan, melahirkan generasi pemimpin yang tidak hanya cerdas secara akademik, dan juga tangguh dalam menghadapi perubahan.
Pada akhirnya, relevansi organisasi mahasiswa adalah cerminan dari bagaimana kita, sebagai mahasiswa, melihat peran kita dalam kampus dan masyarakat. Pertanyaannya bukan lagi “masihkah organisasi mahasiswa relevan” tetapi apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga relevansi itu. []