Oleh Roby alfarisi. Penulis adalah mahasiswa Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Ar-Raniri Banda Aceh.
Lingkungan hidup merupakan salah satu isu krusial yang terus menjadi sorotan, termasuk di Aceh. Keberadaan lingkungan yang sehat dan lestari sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun kesehatan. Namun, seiring berjalannya waktu, kerusakan lingkungan semakin nyata dan membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak, terutama komunitas lokal yang hidup berdampingan dengan lingkungan tersebut.
Tantangan Kerusakan Lingkungan di Aceh
Provinsi Aceh dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang kaya serta sumber daya alam yang melimpah. Hutan hujan tropisnya, kawasan pesisir, serta lahan gambut menjadi aset berharga bagi daerah ini. Sayangnya, keberadaan sumber daya alam tersebut juga menghadapi ancaman serius, seperti deforestasi, aktivitas tambang ilegal, alih fungsi lahan, dan pencemaran lingkungan. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi adalah deforestasi yang terjadi akibat penebangan liar.
Hutan-hutan di Aceh yang merupakan habitat bagi berbagai flora dan fauna terancam keberadaannya. Selain itu, penambangan emas ilegal di beberapa daerah seperti Aceh Selatan dan Aceh Barat menjadi salah satu penyebab kerusakan sungai serta ekosistem di sekitarnya.
Pencemaran air dan tanah berdampak langsung pada kehidupan masyarakat yang menggantungkan mata pencaharian dari sektor pertanian dan perikanan.Tidak hanya itu, perubahan iklim global yang memicu cuaca ekstrem juga semakin memperburuk kondisi lingkungan. Bencana seperti banjir dan longsor semakin sering terjadi, merugikan warga yang tinggal di daerah rawan.
Peran Komunitas dalam Menjaga Lingkungan
Di tengah berbagai tantangan tersebut, peran komunitas lokal sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan di Aceh. Komunitas memiliki posisi strategis karena mereka memahami kondisi lingkungan di daerahnya secara langsung.
Dengan kearifan lokal yang dimiliki, komunitas dapat menjadi garda terdepan dalam upaya pelestarian alam. Beberapa komunitas di Aceh telah menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Misalnya, komunitas pemuda di pesisir Aceh yang aktif menanam mangrove untuk mencegah abrasi dan menjaga ekosistem pesisir. Upaya ini tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi melalui ekowisata berbasis mangrove.
Selain itu, kelompok tani hutan di beberapa wilayah juga turut berperan dalam menjaga kelestarian hutan dengan menerapkan praktik pertanian berkelanjutan.
Mereka mulai sadar bahwa eksploitasi sumber daya alam tanpa kontrol hanya akan merugikan generasi mendatang.
Kegiatan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan juga gencar dilakukan oleh berbagai komunitas di Aceh.
Melalui diskusi, aksi bersih-bersih, dan kampanye lingkungan, kesadaran Masyarakat perlahan meningkat. Kolaborasi antar komunitas, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga menjadi kunci keberhasilan program pelestarian lingkungan.
Komunitas adat di Aceh memiliki kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Misalnya, praktik menjaga hutan sebagai “hutan adat” yang tidak boleh dieksploitasi sembarangan. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi dan budaya lokal bisa menjadi solusi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan.
“Bagi kami, hutan adalah warisan leluhur yang harus dijaga,” kata Pak Amin, seorang tokoh adat di Aceh Tengah. “Bukan untuk dijual, tapi untuk diwariskan pada anak cucu kami.”
Harapan dan Langkah ke Depan
Meski masih banyak tantangan yang dihadapi, keberadaan komunitas peduli lingkungan di Aceh memberikan harapan baru. Langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh komunitas harus terus didukung dan diperluas. Pemerintah daerah perlu lebih aktif dalam memberikan dukungan, baik melalui kebijakan yang berpihak pada lingkungan maupun dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh komunitas. Selain itu, keterlibatan generasi muda dalam gerakan peduli lingkungan perlu diperkuat. Melalui pendidikan dan pelatihan, anak muda dapat menjadi agen perubahan yang membawa semangat baru dalam menjaga lingkungan Aceh. Pada akhirnya, menjaga kelestarian lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau komunitas tertentu saja, melainkan tanggung jawab bersama. Kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak, mulai dari komunitas lokal, pemerintah, hingga masyarakat umum, menjadi kunci utama dalam menyelamatkan lingkungan di Aceh. Dengan semangat gotong-royong dan kepedulian terhadap lingkungan, Aceh dapat menjadi contoh bagaimana komunitas lokal mampu berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam untuk masa depan yang lebih baik.
Aspek Sosial : Peran Media Dalam Menjaga Lingkungan Hidup di Aceh: Antara Harapan dan Harapan
Ada kekhawatiran besar yang telah meningkat dalam beberapa waktu terakhir termasuk masalah di Aceh, yaitu isu lingkungan. Kurangnya lingkungan yang sehat dan berkelanjutan memiliki dampak merugikan pada masyarakat dan ekonomi, sosial serta pandangan mereka tetapi selama bertahun-tahun, degradasi lingkungan telah menjadi semakin jelas dan perlu ditangani oleh berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat lokal yang hidup berdampingan dengan lingkungan yang dimaksud.
Kekacauan Di Aceh
Masyarakat provinsi Aceh dikenal memiliki sumber daya biologis yang beragam bersama dengan banyak sumber daya amenitas. Hutan hujan tropisnya, daerah pesisir, dan lahan gambut memiliki nilai yang signifikan bagi provinsi ini. Namun keberadaan sumber daya ini menghadapi masalah besar seperti deforestasi, penambangan ilegal, perubahan penggunaan lahan, serta polusi. Masalah yang paling mendesak dari semua ini adalah masalah penegakan hukum yang biasa yaitu deforestasi sebagai akibat dari penebangan liar yang masif. Keberadaan hutan di Aceh sebagai habitat flora dan fauna terancam. Belum lagi penambangan emas ilegal di daerah seperti Aceh selatan dan barat juga merupakan provokasi terhadap badan air dan ekosistem di sekitarnya. Polusi air dan tanah adalah efek yang mengerikan.
Kesimpulan
Peran komunitas dalam menjaga kelestarian lingkungan di Aceh menjadi elemen kunci di tengah berbagai tantangan kerusakan lingkungan yang semakin nyata. Melalui upaya nyata seperti penanaman mangrove, praktik pertanian berkelanjutan, hingga pemeliharaan hutan adat, komunitas menunjukkan bahwa kearifan lokal dapat menjadi solusi efektif. Kolaborasi antara komunitas, pemerintah, dan pihak lain diperlukan untuk memperluas dampak positif ini. Dengan gotong-royong, kesadaran lingkungan dapat ditingkatkan dan Aceh mampu menjadi model keberhasilan dalam menjaga kelestarian alam, demi kesejahteraan generasi sekarang dan masa depan. []