Atjeh Watch
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video
No Result
View All Result
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video
No Result
View All Result
Atjeh Watch
No Result
View All Result
Home Nasional

Kematian Massal Ikan dan Gempa Bumi

Admin1 by Admin1
15/11/2019
in Nasional
0

AMBON– Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) Lembaga Ilmu Pegetahuan Indonesia (LIPI) memandang perlu adanya riset dan kajian yang lebih mendalam terkait fenomena kematian massal ikan dan peristiwa gempa bumi. “Saya kira memang perlu ada kajian, analisa maupun riset yang lebih mendalam terkait fenomena kematian massal ikan dan bencana gempa bumi,” kata Peneliti P2LD LIPI Hanung Agus Mulyadi di Ambon, belum lama ini.

Ia mengatakan kajian dan riset mendalam mengenai kedua fenomena tersebut perlu dilakukan, karena bisa jadi peristiwa alam tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Sehingga diperlukan penelitian ilmiah untuk membuktikannya.

Hanung merujuk pada fenomena kematian massal ikan demersal yang terjadi di beberapa wilayah di Pulau Ambon pada 12 hingga 16 September 2019. Beberapa hari berselang sesudah peristiwa tersebut, terjadi guncangan gempa bumi magnitudo 6,5 dan 5,6 pada 26 September 2019.

Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, setelah ada laporan ditemukkannya biota laut dan ikan demersal mati di Desa Lelingluan, Kecamatan Tanimbar Utara, beberapa hari kemudian terjadi gempa bumi. “Di Ambon setelah ada laporan kematian massal ikan beberapa hari terjadi gempa, di Tanimbar juga begitu. Kemungkinan di daerah lain juga seperti itu, setelah ada laporan kematian massal ikan diikuti, satu minggu atau beberapa hari kemudian gempa,” ucap Hanung.

Dia mengakui ilmu pengetahuan modern saat ini belum bisa menyatakan bahwa kematian massal ikan merupakan salah satu penanda akan adanya gempa bumi maupun tsunami. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan penelitian terkait hal itu.

Dia mengatakan karena berkembangnya sains modern membuat metode untuk melakukan pengukuran lebih presisi dan komprehensif, sehingga bisa jadi mampu menjawab bagian yang terlewatkan dari penelitian sebelumnya. “Sampai saat ini sains modern mencatat belum terbukti secara ilmiah bahwa kematian massal ikan adalah salah satu penanda akan terjadi gempa, tapi ilmu pengetahuan terus berkembang, boleh jadi ke depan bisa menjawab missing link-nya itu, hipotesa bisa terbukti, bisa juga salah atau direvisi,” ujarnya.

Penelitian P2LD LIPI terkait kematian massal ikan di Pulau Ambon sempat dipaparkan oleh Hanung di Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI) ke-XIV yang digelar di Ambon, pada Kamis (7/11). Dalam kesempatan itu, seorang ahli geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menyarankan agar P2LD LIPI meningkatkan kajian mengenai kematian ikan dan kaitannya dengan oleh kebocoran gas metana, radon dan lainnya yang keluar dari dalam bumi.

Hanung menyatakan dia sepakat dengan usulan tersebut karena sifat gas yang cepat menguap, sehingga tidak mungkin bisa menangkap bukti keberadaan gas berdasarkan pemeriksaan sampel ikan mati. Hal itu harus menjadi fokus P2LD LIPI dan lembaga lainnya, seperti Universitas Pattimura (Unpatti) maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku, bagaimana menyediakan alat yang secara ilmiah bisa melacak kebocoran gas alam setelah fenomena kematian massal ikan.

“Saya sepakat, sangat menarik dan juga masuk akal karena secara sains bisa juga atau boleh jadi kebocoran gas yang awalnya tidak terbukti bisa jadi yang menyebabkan biota-biota ikan yang secara fisiologis terpapar dan akhirnya mati, itu satu rentetan gas-gas tadi menandakan akan adanya gempa,” kata Hanung.

Sumber: Republika.co.id

Tags: gempa bumi
Previous Post

DPR Aceh Dipimpin Anak Muda, Nova Optimis Pembangunan Aceh Akan Lebih Baik

Next Post

Ikut Liga Desa, Persemon Lhoksemawe Targetkan Juara

Next Post

Ikut Liga Desa, Persemon Lhoksemawe Targetkan Juara

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

USK Banda Aceh Perkuat Jejaring Industri dengan GoTo

USK Banda Aceh Perkuat Jejaring Industri dengan GoTo

17/11/2025
Badak Peusangan Nyaris Sapu Bersih Medali Emas Ajang PRA PORA 2025 Aceh Selatan

Badak Peusangan Nyaris Sapu Bersih Medali Emas Ajang PRA PORA 2025 Aceh Selatan

17/11/2025
Ketua IWO Aceh Selatan: Jangan Mudah Percaya Dengan Isu Murahan Dan Menyesatkan

Ketua IWO Aceh Selatan: Jangan Mudah Percaya Dengan Isu Murahan Dan Menyesatkan

17/11/2025
UIN Ar-Raniry Gelar Sawit Summit 2025, Angkat Inovasi dan Edukasi Sawit Berkelanjutan

UIN Ar-Raniry Gelar Sawit Summit 2025, Angkat Inovasi dan Edukasi Sawit Berkelanjutan

17/11/2025
IAIN Takengon Gelar Tarbiyah Fair 2025, Ajang Pengembangan Kreativitas dan Prestasi Mahasiswa serta Pelajar

IAIN Takengon Gelar Tarbiyah Fair 2025, Ajang Pengembangan Kreativitas dan Prestasi Mahasiswa serta Pelajar

17/11/2025

Terpopuler

PLN Aceh Siapkan 118 Unit Posko Siaga Ramadhan

Krisis Listrik, KAMMI Tuntut GM PLN Aceh Mundur dari Jabatan

17/11/2025

Begini Penjelasan PLN Soal Pemadaman Listrik di Aceh

MIN 53 Bireuen FC Raih Juara 1 pada Turnament Sepak Bola AFC CUP I 2025

Krak, Warga Abdya Gugat PLN Rp 1,7 M Gegara Ayam Mati

Kematian Massal Ikan dan Gempa Bumi

  • Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2022 atjehwatch.com

No Result
View All Result
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video

© 2022 atjehwatch.com