JAKARTA – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dinilai membaik dalam sepekan terakhir. Peneliti CIPS Pingkan Audrine Kosijungan menilai performa tersebut tak lepas dari kepercayaan investor terhadap kondisi pasar di Indonesia.
Optimisme tersebut muncul dari upaya pencegahan dan penanganan pandemi virus corona yang dilakukan pemerintah dan direspons positif oleh investor.
Pingkan memaparkan pergerakan nilai tukar rupiah selama bulan April ini cukup dinamis. Tercatat pada Senin, (13/4) nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar ke level Rp15.800 pada saat pembukaan pasar. Sebelumnya pada Kamis, (9/4) rupiah ditutup ke level Rp15.880.
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar masih terus berlanjut hingga penutupan pasar kemarin. Tercatat nilai tukar rupiah sempat menyentuh level Rp15.630 atau setara dengan penguatan 250 poin, kenaikan tertinggi yang dialami oleh mata uang Asia terhadap dolar AS.
“Pergerakan nilai tukar rupiah yang positif ini menandakan mulai pulihnya kepercayaan investor terhadap pasar kita. Hal ini, salah satunya, tidak lepas dari bagaimana pemerintah menangani pandemi covid-19. Misalnya saja penerapan PSBB di beberapa daerah, termasuk di DKI Jakarta,” jelas Pingkan dalam keterangan resmi, Selasa (14/4).
Menurut Pingkan, dalam sepekan terakhir, pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan telah memberikan lampu hijau kepada beberapa daerah di Indonesia untuk menerapkan PSBB sebagai upaya untuk menangani dan mencegah penyebaran covid-19.
Beberapa daerah yang sudah dan akan menerapkan PSBB, di antaranya adalah DKI Jakarta, Jawa Barat dan beberapa daerah lainnya.
Selain itu, masih ada daerah di Indonesia yang dikabarkan juga sedang mengajukan permohonan PSBB dan menunggu persetujuan dari pemerintah pusat.
Pingkan menilai selain berbagai faktor yang berasal dari dalam negeri, pergerakan rupiah juga terpengaruh oleh adanya sentimen positif dari International Monetary Fund (IMF) yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat bertahan di tengah resesi akibat pandemi covid-19.
Pernyataan ini turut mendorong sentimen positif dari pasar modal. Sebelumnya, Indonesia telah menerbitkan tiga surat utang global yang setara dengan US$4,3 miliar atau setara dengan Rp68,6 triliun untuk menopang kebijakan yang diambil sebagai respon dari pandemi ini.
Bank Indonesia (BI) juga mengambil langkah untuk menjalin kerja sama terkait repurchase agreement (repo) line dengan Bank Sentral AS (The Fed) yang juga memberikan efek positif ke rupiah.
Walaupun demikian, pada hari ini nilai tukar rupiah mengalami pelemahan dengan dibuka pada level Rp15.700. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa memang pergerakan rupiah kian dinamis.
“Satu jam berselang dari pembukaan pasar, rupiah kembali menguat perlahan ke level Rp15.681. Tentu saja pergerakan pasar ini juga berkaitan dengan para investor yang mencairkan uangnya. Pemerintah tetap perlu berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan moneter untuk menjaga nilai tukar Rupiah,” paparnya.
Pingkan menjelaskan dampak ekonomi dari covid-19 memang memberatkan banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Aktivitas ekonomi yang masih tetap berjalan pun dilakukan dengan berbagai penyesuaian.
Adanya berbagai stimulus ekonomi yang digelontorkan pemerintah memang baik. Namun, Pingkan mengungkap perlu menjadi perhatian pula bagi pemerintah bahwa keseriusan penanganan dan pencegahan covid-19 ini tidak diukur semata-mata dari portofolio keuangan negara.
“Penting bagi pemerintah untuk terus fokus pada kebijakan yang mengutamakan kesehatan masyarakat tanpa mengabaikan hajat hidup orang banyak,” pungkasnya. []