LONDON – Mungkin ini terdengar sarkas; sepak bola sekarang sudah terlalu hedonis dan materialistis. Semua diukur dengan uang yang membuat fans menjadi pihak pertama paling dirugikan. Klub dan pemain meneguk untung besar.
Sepak bola memang sudah berubah. Dari olahraga kelas pekerja, rakyat pinggiran kota, kini naik kelas. Stratanya berubah. Di Inggris, harga tiket melejit setinggi langit karena sudah menjadi salah satu tontotan wisata dari berbagai belahan dunia. Pendukung “asli” sepak bola pelan tapi pasti tersingkir, kemudian menepi.
Melihat di televisi, juga tidak murah, karena layar kaca berlomba-lomba membeli hak siar dengan harga tinggi. Imbasnya, banyak fans yang menonton di bar dengan modal membeli satu gelas bir agar bisa menikmati pertandingan, dibandingkan harus membayar mahal televisi berbayar.
Imbasnya, klub mulai berani jor-joran membeli pemain karena mendapat uang dari hak siar yang membesar. Harga transfer di atas normal. Disparitas antara klub kaya dan miskin semakin terasa. Klub kaya berani menumpuk pemain bintang, sehingga gelar berputar hanya di tim-tim itu-itu.
Pandemi corona, yang terjadi sekarang, disebut menjadi katalisator untuk sedikit memurnikan sepak bola. Dalam dua atau tiga tahun mendatang, mungkin tidak ada klub berani membeli pemain berharga gila, dan televisi serta sponsor pasti akan merevisi proposal kerja sama.
Pasalnya, sekarang semua melihat jika sepak bola bukan tanpa resistensi sehingga semua akan dipikir berdasarkan kalkulasi yang terjadi saat pandemi. “Dalam jangka pendek, saya akan mengatakan pasar transfer musim panas ini tidak akan ada, itu akan runtuh,” kata Ketua Bundesliga Christian Seifert beberapa waktu lalu, dikutip dailymail.
Mantan Presiden Bayern Munich Uli Hoeness juga ragu akan ada klub mengeluarkan dana di atas 100 juta euro. “Saya tidak bisa membayangkan transfer 100 juta euro dalam waktu dekat. Biaya transfer akan turun, jumlahnya tidak akan pulih ke tingkat sebelumnya dalam dua atau tiga tahun ke depan. Kemungkinan besar akan ada dunia sepak bola baru,” tambah Hoeness.
Gejala itu sudah terlihat transfermarket yang menganalisis nilai-nilai pemain di seluruh dunia tentang dampak coronavirus. Hasilnya: “Nilai skuad klub Liga Primer turun lebih dari 1,8 miliar poundsterling sebagai akibat (dari coronavirus).”
Analisis lanjutan menyebutkan, para pemain yang lahir pada 1998 atau lebih rendah diturunkan peringkatnya sebesar 10%, semua yang lain—hingga nilai minimum 300.000 poundsterterling atau sekitar 20%. “Di empat liga tertinggi Inggris, mengarah pada kerugian nilai pasar sebesar 2,01 miliar poundsterling, di mana nilai skuad 20 klub Liga Primer turun 1,84 miliar poundsterling.”
Spanyol juga memperlihatkan penurunan. Di tiga divisi teratas sepak bola Negeri Matador, total penurunan nilai pasar ditempatkan pada 1,25 miliar euro, di mana untuk Primera Liga menjadi penyumbang penurunan terbesar 1,17 miliar euro. Tiga tim utama Primera Liga paling menjadi korban penurunan nilai.
Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid. Madrid disebut mengalami penurunan 17,73% atau sekitar 191,5 juta euro menjadi 888,5 juta euro. Barcelona mengalami pukulan paling besar, dengan nilai skuad tim pertama mereka turun 207,1 juta euro menjadi 852,6 juta euro, level terendah dalam empat tahun.
Sementara itu, Atletico Madrid telah menyaksikan penurunan nilai skuad mereka dengan 161,5 juta euro menjadi 709 juta euro, mewakili penurunan 18,55%. Dengan formula transfermarket, Joao Felix menjadi pemain Atletico yang paling berharga di 81 juta euro, di atas Jan Oblak (80 juta euro) dan Saul (72 juta euro).
Ini satu nada dengan sumber theathletic yang merupakan pengacara olahraga. Sumber itu mengatakan bahwa dalam situasi sekarang, klub bisa mendapatkan dua pemain 60 juta poundsterling hanya dengan 30 juta poundsterling musim panas ini.
“(Tim) dapat mengatakan kepada klub di Italia atau Spanyol, menerima (penawaran kami) atau meninggalkannya, karena uangnya tidak datang dari tempat lain. Lyon, Lille, Marseille, Ajax. Nah, para pemain akan ada untuk mengambil,” kata sumber tersebut dikutip theathletic.com.