BANDA ACEH – Asisten II Setda Aceh, Teuku Dadek, mengatakan Pemerintah Aceh, melalui PT Pema dipaksa membangun Candi Roro Jongrang dalam semalam.
Umpama ini terkait Kawasan Industri Ladong yang jadi pemberitaan hangat selama beberapa hari terakhir.
“PT Pema dipaksa membangun candi Roro Jongrang dalam semalam,” kata Dadek mengupamakan komitmen pemerintah Aceh lewat PT Pema dalam menerima investor walaupun belum jelas tertulis hak dan kewajiban masing masing pihak.
Menurutnya, karena tidak ada perjanjian bisnis tersebut membuat Ismail Rasyid bebas untuk memasukan peralatan mobilenya ke KIA Ladong dan juga memindahkannya karena memang tidak ada perjanjian investasi antara KIA Ladong dan PT Pema.
“Begitulah Pemerintah Aceh lewat KIA Ladong memhormati para investor walaupun tahap investasi belum dimulai,” ujar Dadek.
Adanya permintaan yang tidak bisa dipenuhi dalam bilang tahun anggaran 2020 seperti pagar keliling, padahal trans hanya memakai tanah KIA Ladong hanya 10 persen, tetapi PT Pema berusaha memenuhi dan melengkapi sebagaimana surat terlampir.
“Inti kami ingin memberitahukan bahwa penempatan peralatan oleh PT Trans Contonent apalagi semua peralatan adalah bersifat mobile dilakukan sebelum adanya perjanjian bisnis yang menempatkan syarat-syarat kerja sebagai sebuah investasi.”
“Jadi penempatan peralatan itu dilakukan sebelum ada perjanjian dengan KIA Ladong dalam hal ini PT Pema, ini menandakan kedua pihak tidak menjalankan prinsip investasi sesuai dengan kaidah bisnis selama ini,” kata Dadek.
Ibarat penyewa rumah langsung masuk tanpa ada perjanjian tertulis tapi pemilik sewa tetap melayani penyewa walaupun gratis.
“Tanah KIA Ladong bukan diperuntukan satu pemakai tetapi banyak tenant bisa memafaatkan kawasan tersebut,” tegas Dadek
Dadek juga belum mampu memahami sepak terjang Pak Ismail Rasyid, kemarin waktu ikut fit dan propeties ka BPKS dipenghujumg dia mundur.
“Saya tidak paham mengapa dia ikut test padahal katanya dia CEO perusahaan besar dan kemudian mundur tiba-tiba di penghujung proses dan sekarang menempatkan alat di KIA Ladong sebelum ada perjanjian hitam diatas putih dan tiba tiba menarik kembali. Apa ada dibalik ini saya tidak tahu,” ujar Dadek.
Dadek mengatakan sejak rapat pertama dia selaku asisten 2 dengan Ismail Rasyid sekitar dua bulan lalu sudah melihat gelagat tidak baik ini.
“Makamya saat rapat saya katakan kepada beliau bapak harus komitmen jika PT Pema berusaha memenuhi keinginan bapak dan dia tidak menjawab hanya mengatakan akan teken perjanjian setelah PT Pemda memenuhi komitmennya tapi anehnya peralatan dibawa masuk ke KIA Ladong,” katanya lagi. []