PRIA muda murah senyum ini bernama Teungku Haji Saifannur Lc. Title terakhir karena ia pernah menimba ilmu di Al Azhar Cairo, Mesir, untuk jurusan tafsir.
Ia juga magister ekonomi islam di UIN Sumatera Utara.
Di Al Azhar, ia juga adik lettingnya dari Ustadz Abdul Somad (UAS) serta senator DPD RI asal Aceh, HM Fadhil Rahmi Lc.
Memperoleh gelar seabrek, tak membuatnya tinggi hati. Kini Teungku Saifannur merupakan pimpinan Pondok Tahfizh Haji Hamzah di Gampong Meunasah Bujok, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara.
Ke lokasi inilah Syech Fadhil dan rombongan berkunjung pada Senin siang, 22 Juni 2020.
“Saya salut dengan Saifannur, meski muda, ia kini menjadi pimpinan pondok tahfizh,” puji Syech Fadhil.
Teungku Saifannur sendiri terlihat merendah. Ia mengatakan pondok tahfizh yang didirikannya itu baru berumur 6 bulan lebih.
“Semuanya karena bantuan semua pihak. Tanpa bantuan keluarga dan jalan yang ditunjukan oleh Allah Swt tak mungkin bisa seperti ini,” ujarnya.
Anak ke 6 dari 7 bersaudara ini mengatakan ia telah bercita-cita mendirikan dayah sejak masih berstatus sebagai pelajar di MUQ Langsa. Impian inilah yang membuatnya berangkat ke Mesir pada 2005 serta kembali ke Indonesia pada akhir 2010.
Namun begitu tiba di indonesia, ia tak langsung mengwujudkan mimpinya tersebut. Saifannur malah ke Sumatera Utara untuk bekerja dan melanjutkan program magister di UIN sana.
“Saya disana hingga 2016. Meninggalnya ayah membuat saya merenung. Akhirnya dari proses berpikir 2017 baru terealisasi pada akhir 2019. Dua bulan buka ternyata wabah Covid 19 berlangsung,” ujar Teungku Saifannur.
Saifan memberi nama dayah yang dipimpinnya itu dengan nama Pondok Tahfizh Haji Hamzah. Nama terakhir diperuntukan untuk almarhum kakeknya.
Meski baru berumur sekitar 6 bulan, pondok tahfizh yang didirikannya tersebut kini mendidik sejumlah anak untuk menjadi penghafal Alquran.
“Rata-rata dari mereka berasal dari keluarga kurang mampu. Makanya saya gratiskan. Hanya beberapa yang kita ambil iuran. Itupun untuk makan dan kebutuhan mereka sendiri,” ujar Teungku Saifannur.
Untuk kebutuhan operasional selama ini, kata Teungku Saifannur, Pondok Tahfizh Haji Hamzah masih bergantung pada hasil sawit seluar 2 hektare warisan orang tuanya semasa hidup.
“Kemudian ada dua hektare lagi (sawit-red) milik abang saya yang hasilnya diserahkan untuk pondok tahfizh. Ada juga bantuan dari orang lain. Alhamdulillah cukup,” kata Teungku Saifannur.
Kedepan, kata Teungku Saifannur, ia berencana membangun dayah tersebut untuk lebih maju.
“Rencananya ada sekolah juga. Alhamdulillah,” ujarnya lagi.
Syech Fadhil sendiri mengaku senang dengan langkah yang ditempuh oleh Teungku Saifannur Lc. Ia mengaku akan membantu semaksimal mungkin.
“Saya berharap para santri ini bisa khatam menghafal Alquran. Menjadi cahaya bagi bangsa, agama, dan keluarga masing-masing,” ujar Syech Fadhil.