LHOKSEUMAWE – Seorang petugas Kelompok Penyelenggara PPemungutan Suara (KPPS) di Desa Keudee Krueng, Buloh Blang Ara, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, menjadi korban kekerasan. Boy Darus, petugas KPPS itu, dipiting lehernya oleh seorang pendukung pasangan Muzakir Manaf- Fadhlullah.
Boy Darus bercerita, tindak kekerasan itu terjadi saat dirinya sedang duduk di warung kopi pada jam istirahat usai pencoblosan, sebelum penghitungan suara pada pada hari pemilihan kepala daerah, Rabu, 27 November 2024 sekitar pukul 12.00 WIB.
“Tiba-tiba ada yang memiting leher saya dari belakang saat sedang duduk di warung kopi yang jaraknya sekitar 50 meter dari lokasi TPS,” kata Boy Darus, Jumat, 29 November 2024.
Boy mengenal pelaku sebagai orang Partai Aceh dari desa Krueng Seunong yang bertetangga dengan kampungnya.
“Mereka datang berdua, tapi yang memiting saya inisial EP. Satunya lagi inisial H, tapi tidak memukul,” kata Boy.
Boy mengatakan, saat kejadian dirinya masih mengenakan pakaian seragam sebagai petugas KPPS.
“Sambil memiting leher saya, dia bilang, apa anda yang mempromosikan Om Bus (Bustami Hamzah) di sini,” tambah Boy.
Pelaku, kata Boy, baru berhenti setelah salah satu Tuha Peut gampong melerai dengan mendorong pelaku.
Boy mengaku belum berani duduk nongkrong di warung kopi usai kejadian itu. Namun, dia berencana melaporkan kasus yang menimpanya ke KPU Pusat.
“Saya seorang petugas diperlakukan begini. Saya minta keadilan, jangan sampai terjadi ke orang lain. Jangan sampai jatuh marwah KPPS,” kata Boy Darus.
Boy sendiri membantah tudingan bahwa dirinya berpihak ke paslon nomor urut 01 Bustami Hamzah – Fadhil Rahmi. Sebagai petugas KPPS, kata Boy, dirinya bersikap netral sesuai aturan yang berlaku.
Di kampung itu, suara untuk Bustami hanya 7.
“Kalau benar saya tim Om Bus, bukan segitu suaranya, pasti lebih dari itu,” kata Boy.
Sementara itu, juru bicara Bustami Hamzah, Hendra Budian, mengatakan pihaknya menerima banyak laporan intimidasi dan ancaman terhadap para saksi kubu Paslon 01 Bustami-Fadhil Rahmi. Pelakunya terindikasi dari kubu Paslon 02.
“Kami sedang mengumpulkan seluruh bukti-bukti yang ada. Kecurangan dan intimidasi seperti itu tentu tidak bisa dibiarkan,” kata Hendra.[]