Jakarta – Sebuah studi baru di Cina mengungkapkan virus corona baru SARS-CoV-2 bermutasi menjadi setidaknya 30 jenis variasi genetik yang berbeda. Penelitian itu dilakukan oleh Profesor Li Lanjuan dan rekan-rekannya dari Universitas Zhejiang di Hangzhou, Cina.
Menurut Li, ada lebih dari 30 mutasi virus yang berbeda terdeteksi, di mana 19 sebelumnya tidak ditemukan. “SARS-CoV-2 telah memiliki kemampuan bermutasi yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya,” kata Li, seperti dikutip laman Fox News, Selasa, 21 April 2020.
Para peneliti menganalisis strain virus dari 11 pasien COVID-19 yang dipilih secara acak dari Hangzhou, di mana ada 1.264 kasus dilaporkan. Mereka kemudian menguji seberapa efisien virus itu dapat menginfeksi dan membunuh sel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pejabat medis telah sangat meremehkan kemampuan virus untuk bermutasi secara keseluruhan. Mereka menemukan bahwa strain yang berbeda telah mempengaruhi berbagai bagian dunia, yang mengarah pada kesulitan potensial dalam menemukan penyembuhan secara keseluruhan. Studi ini diterbitkan dalam makalah non-peer-review yang dirilis pada Minggu, 19 April 2020.
Tim Li menemukan bahwa beberapa jenis virus yang paling agresif mampu menghasilkan 270 kali viral load sebagai jenis yang terlemah. Selain itu, galur agresif dapat membunuh sel manusia dengan cara paling cepat. Menurut temuan mereka, keragaman dari strain virus kurang dihargai dan harus dipahami untuk menemukan pengobatan atau vaksin.
Dalam studi tersebut tercatat bahwa pengembangan obat-obatan dan vaksin, walaupun mendesak, perlu memperhitungkan dampak akumulasi mutasi ini. “Terutama mutasi awal, untuk menghindari kemungkinan jebakan,” bunyi penelitian itu.