Atjeh Watch
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video
No Result
View All Result
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video
No Result
View All Result
Atjeh Watch
No Result
View All Result
Home Kolom

Godaan di Saat Ramadhan Antara Keinginan Nafsu dan Kebutuhan

Admin by Admin
28/04/2020
in Kolom
0
Tgk H.Roni Haldi,Lc

Teungku H. Roni Haldi

Oleh : H. Roni Haldi, Lc*

Penghulu Muda KUA Kec. Susoh, Abdya dan Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Ramadhan memang istimewa. Banyak mengajarkan kita akan arti penting dan tidak pentingnya sesuatu atau skala prioritas dalam kehidupan. Penting tapi belum tentu perlu dan penting tapi sangat perlu dibutuhkan. Posisi standar itulah yang mestinya baik kita pahami agar terwujudnya kehidupan yang tawazun (seimbang).

Hampir semua kita pernah memiliki pengalaman berbelanja makanan menu buka puasa saat sore hari di bulan Ramadhan. Begitu keluar dari rumah menuju pusat belanja kuliner, apakah dipinggir jalan yang banyak menjajakan menu buka puasa. Mulai dari makanan sampai minuman. Saat kita melihat kuliner yang beraneka ragam jenisnya, bermacam warna dan ukuran harganya, rasa-rasanya kita seperti ingin memborong banyak yang tampak oleh mata? Semua seperti kelihatan enak untuk disantap lahap di saat berbuka nantinya. Mari kita urut nama-nama kulinernya. Kita mulai dari minuman; ada air kelapa muda (soalnya kelapa tua tak dijual airnya), cendol (ada cendol sagu, cendol pandan), es campur, es teler, es gopal, air timun kapur, air timun kampung, sedangkan makanan atau kue,mulai dari ondeh-ondeh alias boh rom-rom, kurma, kolak pisang, pecal, nasi gireng, mie hun, mie goreng, mie Caleu, martabak telor, martabak manis, risol, bakwan, mie soa, timphan, bubur, dan masih banyak lagi jenis lainnya. Saat dilihat, semuanya ingin kita kantongi dan bawa pulang. Tapi, ketika waktu berbuka datang, tak banyak yang kita bisa habiskan. Rasa dahaga dan lapar yang kita rasakan ternyata bisa hilang hanya dengan segelas air putih, tiga biji korma dan sepiring kecil kolak pisang, hanya dengan itu saja badan kita sudah terasa kembali segar dan kuat.

Apa yang kita alami saat melihat makanan di sore hari atau saat melihat makanan di jalan yang dijajakan banyak penjual itu adalah dorongan dari dalam diri yang lebih banyak di dorong oleh keinganan (nafsu). Sementara kenyataan yang terjadi di saat berbuka puasa adalah fakta tentang standar kebutuhan yang menjawab ketinggian keinginan kita. Sebanyak apapun makanan yang telah kumpulkan atas dasar keinginan di siang hari puasa, pastilah takkan sanggup bahkan habis daya untuk kita khatamkan. Puasa Ramadhan menyadarkan kita bahwa yang kita butuhkan dalam hidup sesungguhnya tak banyak, tapi sangat terbatas. Sementara keinginan kita sungguh tiada batas. Berbanding terbalik dengan kebutuhan kita. Semua yang kita inginkan belum tentu semuanya kita butuhkan.

Berpuasa di masa wabah virus Covid-19 seperti ini lebih jauh seharusnya mampu makin menyadarkan kita tentang mana nafsu yang tak bertepi dengan kebutuhan yang sangat terbatas itu. Karena sekarang manusia lebih banyak di rumah, coba sesekali tengok isi kulkas kita. Apakah semua belanja di kulkas adalah hasil belanja keinginan atau apakah sesuai kebutuhan kita? Atau apakah lebih banyak terpakai atau lebih banyak menumpuk tak dimasak? Jika semua belanja dimasak dan untuk dimakan boleh lah, namun jika isi kulkas dari hasil belanja keinginan tentu akan banyak makanan atau lainnya yang terbuang percuma. Kenapa tidak terpikirkan oleh kita untuk menjauhi kemubaziran atau berpikir untuk saling berbagi, apalagi di bulan penuh ampunan ini.

Mubazir sama artinya dengan boros. Mubazir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti terbuang-buang karena berlebihan. Sedangkan menurut Ibnu ‘Abidin, israf atau mubazir adalah memanfaatkan sesuatu pada sesuatu yang tidak pantas atau berlebihan. Perilaku ini sangatlah dibenci oleh Allah SWT. “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan.” (QS. Al Isra’ : 26). Ibnu Katsir dalam tafsirnya Al Qur’an Al Adhim menjelaskan, “Disebut saudara setan karena orang yang boros dan menghambur-hamburkan harta akan mengantarkan pada meninggalkan ketaatan pada Allah dan terjerumus dalam maksiat.”

Sebuah lembaga riset pada College of Food and Agricultural Sciences (CFAS) di Universitas King Saud sebagaimana dilansir dari Arabnews menyebutkan, bahwa sekitar 30 persen dari 4 juta makanan yang disiapkan setiap hari pada bulan Ramadhan terbuang Mubazir dan menjadi limbah. Jika dihitung dana yang dikeluarkan untuk makanan yang terbuang itu, diperkirakan sekitar 1,2 juta riyal Saudi setiap harinya. Begitulah hasil penelitian yang menggambarkan betapa besarnya peluang keinginan terhadap mengumpulkan makanan diperturut dipenuhi oleh hampir semua orang disaat bulan Ramadhan. Artinya budaya konsumtif atas gerak keinginan bergerak tajam tak sebanding dengan kebutuhan dan kemampuan diri seseorang.

Sebenarnya Ramadhan adalah waktu yang sangat tepat untuk mengkoreksi pola hidup kita. Apakah budaya belanja kuliner atau konsumtif kita di dorong oleh keinginan yang tak terbatas atau didasari oleh kebutuhan yang tak terelakkan. Apakah kita perlu banyak dan mahal? Atau sekedar memenuhi kebutuhan menutup rasa lapar dan dahaga dari puasa? Padahal, kelebihan belanja tas dorongan keinginan nafsu itu bisa kita alihkan dari kemungkinan mubazir menjadi peluang pahala amal besar dengan jalan besedekah dan berbagi di bulan suci ini. Justru di bulan Ramadhan, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam telah mengabarkan sebuah peluang amal shalih yang sangat menguntungkan bagi orang yang berpuasa dan mau mengambil peluang berharga tersebut, dalam Hadits riwayat Tirmidzi disabdakan : “Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”

Semoga puasa Ramadhan yang kita jalani selama pandemi ini makin mengasah ketajaman hati dan keluhuran jiwa kita. Tahu mana yang emas dan mana yang loyang. Paham mampu membedakan mana yang keinginan berangkat dari dorongan nafsu dan mana yang benar-benar dari kebutuhan tak bisa dielakkan. Mengerti mana yang penting dan mana yang tidak penting. Tak terjebak dalam pusaran tipu daya nafsu yang tak pernah terpuaskan. Sungguh, kemampuan Allah SWT memenuhi semua keinginan kita tak terbatas, hanya lah kebodohan keinginan manusia saja yang tak pernah merasa cukup dari apa yang telah didapat dari-Nya.

Previous Post

KPK Publikasi Penilaian Pencegahan Korupsi di Aceh

Next Post

Rabu, Warga Aceh Dipulangkan dari Luar Negeri

Next Post

Rabu, Warga Aceh Dipulangkan dari Luar Negeri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

DPRK Abdya Paripurnakan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBK Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2024

DPRK Abdya Paripurnakan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBK Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2024

10/07/2025
Dr. Safaruddin Temui Menteri Kesehatan, Minta Perhatian Pusat Terhadap Layanan Dasar di Abdya

Dr. Safaruddin Temui Menteri Kesehatan, Minta Perhatian Pusat Terhadap Layanan Dasar di Abdya

09/07/2025
 5 Jemaah Haji Aceh Masih Dirawat di Arab Saudi

 5 Jemaah Haji Aceh Masih Dirawat di Arab Saudi

09/07/2025
Jemaah Haji Aceh Kloter 9 Terpilih Manjadi yang Terbaik Versi Garuda Indonesia

Jemaah Haji Aceh Kloter 9 Terpilih Manjadi yang Terbaik Versi Garuda Indonesia

09/07/2025
SMAN 1 Syamtalira Bayu Wakili 4 Cabang Lomba FLS3N Tingkat Kabupaten ke Provinsi

SMAN 1 Syamtalira Bayu Wakili 4 Cabang Lomba FLS3N Tingkat Kabupaten ke Provinsi

09/07/2025

Terpopuler

Jemaah Haji Aceh Kloter 9 Terpilih Manjadi yang Terbaik Versi Garuda Indonesia

Jemaah Haji Aceh Kloter 9 Terpilih Manjadi yang Terbaik Versi Garuda Indonesia

09/07/2025

Ohku, Pria Bejat Perkosa Anak Tiri di Pidie

Nyan, Sejumlah Pustu Akan Direhap di Pidie

[Opini] Tanah Wakaf Tidak Boleh Dikuasai Negara

PGMNI Aceh Gelar Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi Guru Madrasah 2025

  • Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2022 atjehwatch.com

No Result
View All Result
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video

© 2022 atjehwatch.com