SIGLI – Cuaca buruk seperti gelombang tinggi yang terus menerus melanda perairan Selat Malaka sekitar sebulan terakhir kini telah meresahkan nelayan tradisional di kawasan Provinsi Aceh.
Pasalnya untuk menutupi nafkah keluarga dan biaya sekolah anak, nelayan harus berutang di mana-mana lantaran hasil tangkapan ikan mereka krisis akibat terkendala cuaca.
Iriawan, tokoh masyarakat setempat mengatakan karena tidak ada pilihan lain para nelayan yang tidak berlayar karena gelombang tinggi harus berutang kepada agen penampung ikan.
“Jadi kalau nelayan kecil itu kehabisan modal turun ke laut, tentu berutang dulu pada toke bangku (penampung ikan). Kemudian begitu membawa pulang hasil tangkapan harus menjual kepada toke itu. Begitu juga kala tidak bisa berlayar, harus ambil pinjaman dulu pada toke bangku” kata Iriansyah yang juga mantan Wakil Bupati Pidie, Rabu, 22 Januari 2025.
Dia menjelaskan kondisi cuaca buruk di perairan Selat Malaka yang sudah berlangsung sekitar sebulan terakhir, sangat terasa oleh ratusan nelayan Pesisir Kabupaten Pidie. Terutama mereka yang menggunakan kapal kayu berbadan langsing.
Apalagi berbagai harga barang pokok dan beras kian melambung. Selain berutang pada toke bangku mereka juga sering terlilit hutang dengan toko bahan pokok.
“Setelah dilanda cuaca kurung yang menghentikan berlayar, ditambah lagi harga berbagai barang semakin mahal. Ini kondisi cukup sulit” jelas Muhyiddin, nelayan di Muara depa. Pendopon Pidie, Kota Sigli.